Senin, 25 Juli 2016

Tolok Ukur Keberhasilan Pembangunan Olahraga

Kontak Pembaca
(sebuah pendapat)

Keberhasilan prestasi olahraga yang diraih atlet Jawa Timur dalam kancah beragam kejuaraan, mulai dari tingkat daerah, nasional, bahkan sampai dengan internasional sudah sangat membanggakan. Hal ini terbukti di awali dari berbagai kejuaraan olahraga nasional digelar, Jawa Timur cenderung menduduki peringkat terhormat sebagai juara umum. Seperti halnya pada pelaksanaan Kejurnas cabang olahraga dan Pekan Olahraga Nasional (PON)  yang selalu digelar setiap empat tahun sekali. Atlet Jawa Timur, selalu mampu menyumbangkan medali terbanyak dari provinsi lainnya. Bahkan, kurang lebih 40 % kuota atlet kontingen Indonesia pada SEA Games yang digelar dua tahun sekali juga berasal dari Jawa Timur. Kondisi seperti ini sangat menghibur masyarakat Jawa Timur, dan tidak ada salahnya bila masyarakat mempunyai anggapan bahwa Jawa Timur juga telah berhasil melakukan pembangunan di bidang olahraga.

Andil KONI Jawa Timur, KONI Kabupaten Kota dalam upaya peningkatan prestasi atlet tentunya sangat besar. Apalagi motto “Jawa Timur Wani Sukses” yang dikumandangkan oleh KONI Jawa Timur sejak persiapan PONXVI 2004 di Sumatera Selatan, sudah sangat lekat dibenak para atlet dan pembinanya. Motto ini oleh penggagasnya tidak hanya sekedar pembangkit semangat kepada atlet dan pembina olahraga di Jawa Timur saja, tetapi lebih dari pada itu “Jawa Timur Wani Sukses” merupakan pengibaran bendera start bahwa Jawa Timur memang harus kembali pada masa kejayaan dalam dunia olahraga nasional sebagaimana yang pernah dialami pada pelaksanaan PON XV 2000 di Jawa Timur.

Tahun 2005, Ketua Umum KONI Jawa Timur mengedepankan program JATIM 100 dan meraih sukses prestasi gemilang pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII 2008 di Samarinda, Kalimantan Timur sebagai juara umum dengan meraih 139 emas, 114 perak, dan 112 perunggu. Di atas perolehan medali DKI Jakarta yang harus puas di peringkat ke dua dengan perolehan medali sebanyak 122 emas, 118 perak, dan 123 perunggu.

Awal Tahun 2010, Ketua Umum KONI Jawa Timur telah meluncurkan program lanjutan dengan nama “JATIM 100 II”. Mencermati motto tersebut, tersirat keinginan yang sangat mendalam untuk disikapi bagi seluruh Pengurus Provinsi cabang olahraga. Kandungan makna yang tersirat adalah selain harus memperoleh minimal 100 medali emas pada pelaksanaan PON XVIII 2012 di Provinsi Riau dengan predikat tetap mempertahankan mahkota prestasi sebagai juara umum, Pengurus Provinsi cabang olahraga juga mempunyai tugas untuk mampu mewujudkan prestasi emas atletnya disetiap even kejuaraan (single event).

Makna yang terkandung dalam program JATIM 100 II tersebut merupakan keinginan Ketua Umum KONI Jawa Timur, yang sangat mulia dan perlu didukung oleh seluruh anggota KONI Jawa Timur termasuk seluruh Pengprov. cabang olahraga  Jawa Timur. Apalagi bila ditinjau dari kondisi sementara yang ada, posisi prestasi olahraga nasional pada pelaksanaan SEA Games XXV – 2009 di Laos berada pada urutan ketiga. Jawa Timur tidak hanya akan memasok sebanyak-banyaknya atlet, tetapi juga berupaya menelurkan atlet yang mampu menjadi yang terbaik di tingkat nasional dan internasional.

Keberhasilan dalam meraih beragam prestasi di beberapa even  olahraga tersebut, menimbulkan beberapa pertanyaan yang sangat mendasar tentang kemajuan pembangunan di bidang olahraga.  Apakah perolehan medali atlet Jawa Timur yang dihasilkan dari berbagai kejuaraan single event dan multi event, seperti Kejuaraan Nasional cabang olahraga, Pekan Olahraga Nasional (PON) sudah dapat dikatakan bahwa Jawa Timur telah berhasil dalam memajukan pembangunan di bidang olahraga ?.  Cenderung, ukuran kemajuan pembangunan olahraga suatu daerah  selama ini didasari dari jumlah medali yang diperoleh pada kompetisi olahraga. Padahal jika dikaji secara mendalam ukuran tersebut cenderung berisifat semu dan manulatif. Karena ukuran tersebut tidak menggambarkan kondisi pembangunan olahraga yang sebenarnya (Penduan pelaksanaan pengumpulan data SDI nasional 2007, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI, halaman 1). Hal ini lebih dijelaskan dalam buku tersebut, bahwa suatu daerah yang memperoleh medali terbanyak dalam PON, tidak serta merta dapat dijastifikasi bahwa daerah yang bersangkutan maju pembangunan olahraganya. Bagaimana jika sejumlah medali tersebut diperoleh dari sejumlah atlet yang “dibeli” dari daerah lain ? bagaimana halnya karena alasan gengsi, tuan rumah harus menjadi juara umum dengan menghalalkan segala cara ? jika demikian halnya, apakah jumlah medali menjadi ukuran yang akurat dan terpercaya untuk menilai keberhasilan pembangunan olahraga ?

Medali secara faktual memang merupakan ukuran keberhasilan, namun hanyalah sebagian, dan bukan segala-galanya. Selain itu, bangunan olahraga sebagai sebuah sistem bukan hanya menyangkut olahraga prestasi saja, tetapi juga olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan. Sementara dua bangunan olahraga tersebut tidak harus berujung pada prestasi olahraga.

Sejalan dengan perubahan arah kebijakan pembangunan nasional dari sentralisasi menuju disentralisasi dan dengan telah diberlakukannya Undang-undang No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, kita dan seluruh pelaku olahraga hendaknya menyadari akan kewajiban yang harus diemban dan dilaksanakan  berdasarkan UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 12 ayat 1, yang menyatakan bahwa pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta standarisasi bidang keolahragaan secara nasional. Sementara itu, ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan kebijakan dan mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan keolahragaan serta melaksanakan standarisasi keolahragaan di daerah (Penduan pelaksanaan pengumpulan data SDI nasional 2007, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI, halaman 3.). Dengan kewenangan yang dimiliki tersebut, kita dan seluruh pelaku olahraga di Jawa Timur tentunya akan berkompetisi secara sehat dalam melaksanakan pembangunan olahraga, tidak hanya semata untuk peningkatan prestasi olahraga, tetapi juga dalam upaya peningkatan kebugaran seluruh masyarakat Jawa Timur.

Sementara ini, telah diperkenalkan sebuah konsep yang lahir dari anak bangsa, yaitu sebuah gagasan yang sangat cemerlang untuk mengukur keberhasilan pembangunan di bidang olahraga. Gagasan tersebut kemudian diperkenalkan dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, dan lebih dikenal dengan sebutan Sport Development Index (SDI), SDI ini, dapat dijadikan acuan dan pegangan dalam mengukur kemajuan pembangunan bidang olahraga di Jawa Timur. Justru melalui SDI ini, tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembinaan olahraga sebelumnya. Bahkan, tujuan tersebut diletakkan dalam kerangka perspektif yang relevan, yaitu meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan (Penduan pelaksanaan pengumpulan data SDI nasional 2007, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI, halaman 2.).

Sport Development Index (SDI) adalah index gabungan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat demensi dasar, yaitu : partisipasi, ruang terbuka, kebugaran, dan sumber daya manusia. Besarnya indeks mencerminkan tingkat keberhasilan pembangunan olahraga di suatu wilayah.

Partisipasi merujuk pada banyaknya peserta yang melakukan kegiatan olahraga. Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukan bagi kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk lahan dan/atau bangunan. Kebugaran merujuk pada kesanggupan tubuh untuk melakukan kegiatan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Suber daya manusia merujuk pada banyaknya pelatih, guru, dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu.

Menjadikan Jawa Timur atau Kabupaten/Kota sebagai gudang atlet,  memang tidak mudah. Perlu mendapatkan bibit atlet potensi dari seluruh pelosok Kabupaten/kota. Bagaimana mungkin mendapatkan bibit atlet yang potensial, bila masyarakat sebagai orang tua tidak gemar dan tidak memahami arti pentingnya berolahraga. Langkah awal yang harus terlebih dahulu dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman  dengan cara pembudayaan olahraga kepada masyarakat. Sehingga, masyarakat akan memahami manfaat dari berolahraga. Semakin besar partisipasi masyarakat Jawa Timur untuk berolahraga, akan semakin besar pula masyarakat yang ingin menyalurkan bakat anaknya di bidang olahraga. Bagaimana tingkat Partisipasi masyarakat akan meningkat dengan baik ? ketika ruang terbuka sebagai tempat yang diperuntukan bagi kegiatan olahraga dan ketersediaan sumber daya manusia juga sangat minim.

Keterkaitan empat demensi dasar pembangunan olahraga, seperti partisipasi, ruang terbuka, kebugaran, dan sumber daya manusia tersebut sangat erat sekali. Satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan akan bermuara kepada peningkatan atlet berprestasi di bidang olahraga.

Oleh sebab itu, diharapkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota  secara sinergis beserta KONI & FORMI Kabupaten/Kota perlu mengembangkan dan mensosialisasikan program pemberdayaan olahraga secara konkrit kepada seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya terfokus kepada pembinaan olahraga prestasi saja, namun beberapa olahraga yang bersifat murah. meriah, massal, menarik dan manfaat juga perlu dikembangkan. Dengan demikian masyarakat akan mengenal dan semakin sadar akan manfaat yang dirasakan dalam berolahraga. Melalui aktivitas berolahraga, masyarakat  akan memahami manfaat dalam membangun daya tahan secara mental, fisik dan intelektual serta terwujudnya kondisi kesehatan, kesegaran, kebugaran dan kenyamanan hidup yang pada gilirannya menjadi modal utama dalam membangun kualitas sumber daya manusia dan peningkatan prestasi olahraga.

Beragam jenis olahraga yang berkembang di masyarakat, tentunya juga harus dikenal oleh masyarakat lainnya. Tidak hanya oleh kelompok olahraga tertentu saja. Kelompok individu yang menekuni olahraga prestasi juga harus mengenal keberagaman olahraga lainnya, dan sebaliknya olahraga rekreasi (olahraga masyarakat) yang berkembang dimasyarakatpun harus mengenal keberagaman olahraga prestasi. Apabila satu dengan lainnya saling mengetahui keberagaman dan keberadaan seluruh olahraga yang berkembang, maka satu dengan yang lainnya juga dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. Tidak hanya itu, dalam hal ini pemerintahpun diharapkan terlibat langsung dalam pembinaan olahraga, mulai dari penetapan kebijakan, implementasi kebijakan, hingga penyediaan unsur pendukung bagi pelaksanaan kebijakan tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merubah perkembangan jaman yang semakin maju, modern dan dinamis. Tatanan kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan yang mendasar, akibat dari pola dan pikiran hidup manusia. Perubahan tersebut dalam kenyataannya telah banyak memberikan kemudahan dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Namun seiring dengan itu, kemajuan teknologi secara tidak langsung telah membawa suatu ancaman bagi kehidupan manusia itu sendiri. Modernisasi teknologi yang ditandai dengan berkembangnya sarana komputerisasi, telah dan akan menimbulkan perubahan perilaku kehidupan masyarakat, yang semula aktif berolahraga dan rajin bergerak, menjadi pasif dan malas bergerak.

Kondisi ini, merupakan ancaman yang disadari dan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal diperkotaan. Menurunnya aktivitas berolahraga akan berdampak kepada kesehatan dan kebugaran serta timbulnya berbagai penyakit. Kesadaran masyarakat akan hal ini, menimbulkan hasrat untuk merubah dan mencari berbagai kegiatan untuk bergerak aktif, berkreasi dan berolahraga sebagai alternatife pilihan. Semakin lama semakin disadari dan menjadi “tren” untuk merubah pola hidup masyarakat, agar lebih sehat, bugar dan terhindar dari berbagai penyakit. Dalam kaitan itu, olahraga merupakan sarana yang ampuh dan efektif untuk dapat mencegah dan mengatasi persoalan tersebut.

Dampak yang dirasakan masyarakat terhadap timbulnya berbagai penyakit akibat minimnya aktivitas fisik yang digunakan, menjadikan peluang yang yang harus ditangkap oleh Pemerintah Jawa Timur dan seluruh pelaku olahraga dengan meluncurkan beragam program pemberdayaan olahraga disemua lapisan. Sehingga, konsep empat pilar keberhasilan pembangunan di bidang olahraga pada SDI dapat tercapai dengan baik.

Sebagaimana yang tertuang di dalam buku “Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Masyarakat” , yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Olahraga Direktorat Olahraga Masyarakat, tahun 2002 menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam berolahraga adalah mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik. Masyarakat yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang prima akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas nasional. Kondisi masyarakat yang demikian merupakan modal dasar yang sangat kuat dan diperlukan untuk berkelanjutan pembangunan nasional. Dalam kaitan itu, olahraga merupakan alat yang efektif untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat. Olahraga yang dimaksud merupakan olahraga dalam bentuk sederhana dan beragam. Aktivitas yang dilakukan lebih bersifat bermain, spontan, dan tidak terlalu mengikat, dalam arti tidak dimaksudkan untuk meraih prestasi tinggi, serta tidak terlalu diatur oleh aturan main yang ketat. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan itu lebih bersifat rekreatif. Olahraga semacam itu biasanya dikategorikan sebagai olahraga untuk mengisi waktu luang (life time sport) yang dapat berbentuk lari, jalan dan lari (jogging), senam aerobic, dan kegiatan lainnya, seperti tennis lapangan, golf, panahan, dan bersepeda, yang bertujuan mengembangkan kesegaran jasmani, sikap sosial, mental, dan keterampilan lainnya.

Beragam olahraga yang berkembang di masyarakat, yang dapat dijadikan rujukan sebagai alternatife pilihan dalam meningkatkan kesehatan dan kebugaran di luar olahraga prestasi adalah olahraga masyarakat (Sport for All). Sebutan tersebut berubah ketika UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional telah menjadikan payung hukum di bidang keolahragaan, yang semula lebih dikenal dengan sebutan olahraga masyarakat menjadi olahraga rekreasi. Namun jenis dan ruang lingkup pembinaannya tetap, yaitu terdiri dari olahraga Massal, olahraga rekreasi, olahraga tradisional, dan olahraga khusus & rehabilitasi. Apabila semua unsur masyarakat di Jawa Timur sudah terlibat dan berperan aktif terhadap kegiatan olahraga, harapan keinginan tercapainya keberhasilan dalam pembangunan olahraga akan diperoleh dengan baik. Keberhasil tersebut tentunya dapat diukur dari peningkatan prosentase Sport Development Index (SDI) Jawa Timur setiap tahunnya, yang diketahui dari peningkatan jumlah partisipasi masyarakat yang terlibat dalam berolahraga, keberadaan ruang terbuka yang signifikan, peningkatan jumlah kesehatan dan kebugaran pada masyarakat, peningkatan jumlah SDM (pelatih, instruktur, dan guru olahraga) di Jawa Timur. (aka)

Minggu, 24 Juli 2016

KARAPAN SAPI, Termasuk Olahraga Tradisional

Kontak Pembaca
(sebuah pendapat)
Sumber : Wikipedia

Menyikapi berbagai pertanyaan dari masyarakat Jawa Timur terkait dengan atraksi perlombaan adu cepat sapi, yang setiap tahun selalu dilaksanakan di Pulau Madura, yang lebih dikenal dengan nama “KARAPAN SAPI”. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah “apakah perlombaan Karapan Sapi termasuk jenis cabang olahraga tradisional ?”. Tidak mudah menjawab pertanyaan ini, selain tidak ada buku yang menjadikan referensi juga organisasi FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) belum mengelompokan kegiatan ini dalam ruang lingkup olahraga rekreasi. Sampai dengan saat ini, belum ada organisasi olahraga yang mewadahi kegiatan ini, juga belum ada organisasi yang menyebutkan bahwa “Perlombaan Karapan Sapi” merupakan jenis cabang olahraga tradisional. Artinya, belum ada salah satu lembaga atau kelompok masyarakat yang mengkleim perlombaan yang sangat popular di Pulau Madura ini ke dalam ruang lingkup “Olahraga Tradisional”. Bahkan bentuk kebijakan pemerintah yang menetapkan kegiatan ini ke dalam ruang lingkup olahraga rekreasi juga belum ada.

Bila ditinjau dari penulisan pada Wikipedia, Karapan Sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pualau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang manarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan sapi lainnya. Trek pacuan tersebut sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa Kabupaten di Pulau Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di Kabupaten Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Pertanyaan seputar “Karapan Sapi” yang sering muncul sebagaimana disebutkan di atas masih sulit untuk dijawab, baik oleh FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) maupun masyarakat umum. Bila kita cermati bentuk kegiatan lomba “Karapan Sapi” ini sangat mirip dengan olahraga balap kuda (pacuan kuda). Pacuan Kuda mempunyai keserupaan adu kecepatan dalam menentukan kemenangan. Peserta yang tercepat mencapai garis finish, akan dinyatakan sebagai pemanang pada perlombaan ini. Begitupula dengan perlombaan “Karapan Sapi” yang sering diselenggarakan di Pulau Madura ini merupakan adu kecepatan dua ekor Sapi yang menjadi kesatuan utuh yang tidak terpisahkan. Perbedaan yang paling tampak dan menonjol dari perlombaan adu cepat ini adalah cara menunggang dan jumlah binatang yang dipergunakan. Balap Kuda hanya menggunakan satu satu ekor kuda dengan satu orang Joki yang duduk di punggung Kuda. Sedangkan Karapan Sapi menggunakan dua ekor Sapi dengan satu orang Joki yang berdiri di kayu antara kedua Sapi.

Mencermati kemiripan ini, tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa “Karapan Sapi” juga merupakan kegiatan “olahraga”. Karena untuk perlombaan Balap Kuda sudah cukup lama dalam ranah pembinaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), bahkan pada pelaksanaan PON (Pekan Olahraga Nasional) balap kuda merupakan salah satu cabang olahraga yang diperlombakan. Oleh sebab itu, ketika ada kemiripan pada perlombaan “Karapan Sapi” dengan perlombaan balap kuda ini, maka kita berani mengatakan bahwa “Karapan Sapi” juga merupakan kegiatan “Olahraga” sebagaimana “Balap Kuda/Pacuan Kuda”.

Apalagi dalam perlombaan “Karapan Sapi” juga dibutuhkan ketrampilan dan kemampuan fisik seorang Joki untuk mengendalikan arah laju larinya “Sapi” hingga garis finish. Tanpa ketrampilan dan kekuatan yang baik, seorang Joki akan mengalami kesulitan mengendalikan laju lari dua ekor “Sapi” dalam keadaan lari kencang dan hanya berdiri dalam sebuah balok kayu yang terkait pada dua ekor sapi tersebut. Secara otomatis, peserta Karapan Sapi yang ingin menjadi pemenang harus dikendalikan oleh seorang Joki yang memiliki ketrampilan dan kekuatan fisik memadai.

Hal inilah yang dapat mengklasifikasikan lomba “Karapan Sapi” ini ke dalam ruang lingkup “Olahraga”. Selain mengandung unsure keterampilan gerak, juga membutuhkan kekuatan fisik tubuh seorang Joki. Untuk memperoleh kekuatan fisik tentunya dibutuhkan program latihan yang sistemik, berkesinambungan dan teratur serta memenuhi kaedah kebugaran jasmani.

Nah… sekarang yang perlu dikupas pada kegiatan “Karapan Sapi” ini apakah juga merupakan “olahraga tradisional” sebagaimana pertanyaan masyarakat di atas. Hal ini perlu kita tinjau lebih spesifik tentang keberadaan “Karapan Sapi” ini melalui jejak sejarah. Karena pengertian “olahraga tradisional” adalah merupakan kegiatan olah fisik yang mengandung nilai-nilai budaya, yang pada hakekatnya merupakan warisan leluhur nenek moyang kita.

Wikipedia menceritakan sejarah munculnya karapan sapi, bermula dilatar belakangi kondisi tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, sebagai gantinya banyak orang Madura yang berada di daerah pesisir mengalihkan mata pencahariannya sebagai nelayan. Sedangkan lainnya, kebanyakan beternak sapi dan sekaligus dipergunakan untuk bertani khusus dalam membajak sawah atau ladang. Suatu ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur), ingin memberi motivasi kepada masyarakat untuk mau kembali bertani dengan memperkenalkan cara bercocok tanam yang mudah, yaitu dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal dengan masyarakat Madura dengan sebutan “nanggala” atau “segala” yang ditarik dengan dua ekor sapi. Cara bercocok tanam yang diperkenalkan Pangeran Katandur ini, adalah untuk memudahkan para petani menggemburkan tanah yang sangat keras. Yang selama ini menggunakan tenaga manusia dan sebuah alat cangkul, dirubah dengan memanfaatkan tenaga dua ekor sapi. Sedangkan alat cakulnya diganti dengan sebuah alat yang terbuat dari kayu dengan disain khusus sebagai alat bajaknya dan diikatkan secara kuat kepada dua ekor sapi. Sebagai pengendali kedua ekor sapi tersebut dalam menentukan  perpindahan dan perputaran arah dibutuhkan seorang petani yang berdiri di atas kayu alat bajak. Cara bercocok tanam yang diperkenalkan Pangeran Ketandur ini menjadikan petani bersemangat karena menjadi lebih ringan dalam mengerjakan lahannya.

Agar petani mampu menguasai cara mengendalikan kedua ekor sapi saat membajak sawah dan sapi-sapi yang dipergunakan menjadi lebih kuat, Pangeran Ketandur memunculkan gagasan sebuah permainan dalam bentuk adu ketangkasan dan kecepatan sapi dan peralatan bajaknya secara utuh. Para pemabajak sawah harus melatih dua ekor sapinya mampu berlari cepat dan mengalahkan pembajak lainnya. Gagasan diadakannya adu cepat sapi ini kemudian menjadi tradisi di Pulau Madura dan diberi nama “Karapan Sapi”. Karapan Sapi pada akhirnya menjadi kegiatan rutin setiap tahun, khususnya setelah menjelang musim panen habis. Kegiatan lomba Karapan Sapi ini didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi dengan mengelilingi arena pacuan dan selalu diiringi musik Seronen.

Bila dibandingkan dengan balap kuda, perlombaan Karapan Sapi terlihat lebih sengit dan heboh. Hal ini ditinjau dari faktor kesulitan saat mengendalikan binatang tunggangannya. Seorang joki balap kuda tidak serumit joki karapan sapi yang harus mengendalikan sepasang sapi dengan posisi kendali sambil berdiri di atas kayu bajak. Faktor kusulitan inilah yang menjadikan perlombaan Karapan Sapi menjadi seru dan lebih heboh dibandingkan dengan balap kuda.

Ditunjau dari pemahaman kedua permasalahan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa perlombaan “Karapan Sapi” juga merupakan “Olahraga Tradisional”, yang merupakan jenis permainan fisik dan mengandung nilai-nilai budaya tradisional turun menurun hingga sekarang. Acara Karapan Sapi atau Bull Race ini selalu berhasil dalam penyelenggaraannya dan mampu menyedot perhatian masyarakat luar, baik dari nusantara bahkan mancanegara. Acara bergengsi bagi masyarakat Madura ini adalah dalam rangka memperebutkan Piala Bergilir Presiden (Presiden Cup), dan biasanya diselenggarakan dipusat Kota Pamekasan. Selain menggelar adu cepat sapi, acara ini juga menghadirkan unsur kesenian dan budaya Madura. Sehari sebelum perlombaan karapan sapi, biasanya didahului dengan kesenian Sapi Sonok. Jika di medan laga, si Sapi bertarung dengan tenaga untuk dapat berlari cepat, lain halnya dengan pagelaran Sapi Sonok yang bertarung dengan mengandalkan kecantikan dan keluwesannya berjalan di catwalk ala Sapi Sonok. Rupanya, bukan Cuma kesenian berbau sapi saja yang digelar pada saat itu, pada malam harinya juga digelar berbagai kesenian budaya dan adat Madura, seperti festival tarian tradisional dari berbagai Kabupaten, fesitival makanan, dan kesenian ala Madura lainnya. (aka)

Senin, 18 Juli 2016

Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur Tahun 2016

Kegiatan Olahraga


Hari minggu (15/05/2016) yang lalu, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provensi Jawa Timur menggelar kembali Invitasi Olahraga Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2016 di Kabupaten Tuban. Kegiatan ini merupakan agenda rutin Dispora Provinsi Jawa Timur setiap dua tahun sekali, yaitu pada tahun genap. Kali ini merupakan kegiatan yang ke empat  kalinya, yang sebelumnya pernah dilaksanakan di Kab. Sampang tahun 2010, Kab. Jember Tahun 2012, Kab. Blitar Tahun 2014 dan Kab. Tuban Tahun 2016 ini adalah yang keempat kalinya. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan yang berjenjang, artinya bagi peserta yang mampu menjadi yang terbaik akan mendapat prioritas utama mewakili Provinsi Jawa Timur berlaga di tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu Invitasi Olahraga Tradisional Tingkat Nasional.

Kabupaten Tuban berkenan menjadi tempat diselenggarakan Invitasi Olahraga Tradisional Tingkat Jawa Timur ke 4 Tahun 2016 ini sudah jauh hari, bahkan Pemerintah Kabupaten Tuban juga bersedia mensukseskan kegiatan ini dengan mendukung fasilitas lapangan dan peralatan yang dibutuhkan dalam perlombaan/ pertandingan pada kegiatan tersebut. Kepala Seksi Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Tuban, Rosul mengatakan bahwa pihak Dispora Provinsi Jawa Timur memang telah menunjuk Kabupaten Tuban untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. Untuk itu sejak satu bulan terakhir ini, Disdikpora Kabupaten Tuban mempersiapkan dan selalu berkoordinasi secara baik, guna mensukseskan acara besar skala Jawa Timur ini.

Sebagai alternatif pilihan terbaik, Disdikpora Kabupaten Tuban telah memilih Area lapangan Gedung Olahraga (GOR) Rangga Jaya Anoraga Tuban. Selain memang tempat itu merupakan lokasi olahraga, kondisi area tersebut mempunyai lapangan rumput hijau yang sangat luas dan sangat layak untuk mernjadikan lokasi penyelenggaraan Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur ke 4 Tahun 2016. Hasil tinjauan Dispora Provinsi Jawa Timur beberapa waktu yang lalu juga menyatakan bahwa lokasi yang menjadi tawaran terbaik Kabupaten Tuban sudah sangat layak. "lokasi area lapangan Gedung Olahraga (GOR) Rangga Jaya Anoraga Tuban sangat layak untuk diselenggarakannya kegiatan Invitasi olahraga tradisional se Jawa Timur nantinya" kata Sukarnaen, Kepala Seksi Pelestarian dan Pengembangan Olahraga Tradisional Dispora Provinsi Jawa Timur saat meninjau lokasi. Selain keberadaan lapangan rumput hijaunya rata, juga disekelilingnya dapat dipakai untuk pemasanagan tenda-tenda peserta dari Kabupaten/Kota se Jawa Timur" tambahnya disela tinjauan beberapa waktu yang lalu bersama beberapa orang stafnya.


Technical Meeting (TM) dilaksanakan satu hari sebebelum pelaksanaan pertandingan/ perlombaan, yaitu dilaksanakan hari Sabtu tanggal 14 Mei 2016 di Aula Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban. Technical meeting dipi,pim langsung oleh Kepala Bidang Pengembangan Olahraga Rekreasi Dispora Provinsi Jawa Timur, Ibu Harti'in dan didampingi Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban, Wakil Ketua Umum I dan Sekretaris Umum Persatuan Olahraga Tradisional Seluruh Indonesia (POTSI) Jawa Timur, I Wayan Sudarma, S,Pd, MM dan Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM. Walaupun dalam pelaksanaannya sempat terjadi ketegangan terkait dengan usulan perubahan penetapan ditiadakannya cadangan untuk permainan dagongan, egrang dan terompah panjang tetapi dapat diselesaikan dengan cara musyawarah mencapai mufakat. Kontingen Kota Surabaya yang semula sangat menolak atas ditiadakannya cadangan untuk ketiga jenis cabang olahraga tradisional tersebut, namun pada akhirnya menyetujui dengan bersedia menandatangani berita acara yang dibuat oleh panitia pelaksana.


Pada keesokan harinya, minggu tanggal 15 Mei 2016 acara pembukaan dilaksanakan di lapangan Rangga Jaya Anoraga Kabupaten Tuban. Sebagaimana rencana, tepat pukul 07.30 wib acara pembukaan dimulai. Wakil Bupati Tuban berkenan hadir dan memberikan kata sambutan sekaligus membuka Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur ke 4 Tahun 2016 yang ditandai dengan pemukulan Gong dan pelepasan balon udara. Dua puluh Kontingen Kabupaten/Kota se Jawa Timur secara keseluruhan hadir dan mengikuti jalannya upacara ini secara tertib. Pada acara pembukaan tersebut, laporan ketua panitia disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Pengembangan Olahraga Rekreasi, Ibu Harti'in yang menitik beratkan kepada maksud, tujuan, dan sasaran kegiatan.

Usai pembacaan laporan ketua panitia, Wakil Bupati Tuban memberikan kata sambutan. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa Olahraga tradisional merupakan jenis olahraga yang sudah ada, tumbuh dan berkembang di masyarakat sejak jaman dahulu, diperkirakan sudah ada sejak jaman kerajaan dan mengalami alkulturasi pada jaman penjajahan. Olahraga tradisional merupakan olahraga yang sederhana, mudah dimengerti/dipelajari, biayanya relative murah dibandingkan dengan olahraga modern karena sedikit menggunakan perlengkapan dan peralatan yang dapat dibuat sendiri serta dapat dimainkan di arena terbuka dan tertutup.

Kami sebagai tuan rumah yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya maksimal menyukseskan kegiatan berskala Jawa Timur ini. Beberapa tenda Pemerintah Kabupaten Tuban yang kami miliki juga sudah kami upayakan penggunaannya, dan sebagaimana hasil koordinasi bahwa bentuk penyelenggaraan kegiatan ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur yang ke 4 Tahun 2016 ini juga mempertandingkan 4 (empat) jenis cabang olahraga tradisional, yaitu Hadang (regu putri), Egrang (regu putra), Dagongan (regu putri), dan Terompa Panjang (rehu putra), dan satu tambahan sebagai exibition adalah jenis permainan olahraga tradisional SUMPITAN. Kondisi lapangannyapun kami upayakan memenuhi kelima jenis cabang olahraga tradisional ini.

Pembukaan Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur ke 4 Tahun 2016 ditandai dengan pemukulan Gong dan pelapasan balon udara. Wakil Bupati Tuban didampingi Pejabat Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur dan beberapa pejabat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban mengawali tanda dibukanya kegiatan ini adalah dengan memukul tiga kali berturut-turut Gong, setelah itu beliau menuju lokasi penyematan pelepasan balon udara dengan cara menggunting pita. Gemuruh tepuk tangan seluruh peserta dan penonton yang pada saat itu memadati area lapangan Rangga Jaya Anoraga Kabupaten Tuban. Terutama pada saat pelepasan balon udara sangat meriah tepuk tangan semua pengunjung sampai dengan balon udara keatas dan meninggalkan area lapangan.



Pelaksanaan kegiatan berlangsung sangat meriah dan berjalan lancar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Di awali dengan pertandingan permainan olahraga tradisional Hadang, Sumpitan (Exibition) dan Dagongan. Permainan Hadang menggunakan dua lapangan, sedangkan dagongan, egrang dan terompah panjang menggunakan satu lapangan. Setelah Exibition Sumpitan selesai, maka tepat pukul 11.00 Wib perlombaan permainan olahraga tradisional egrang dan terompah panjang dimulai. Kegiatan berlangsung hingga pukul 15.00 selesai secara keseluruhan dan setelahnya langsung dilaksanakan Upacara Penghargaan Pemenang (UPP).

Pada saat pelaksanaan pertandingan Hadang perebutan Final juara 3 dan 4, juara 1 dan 2 disaksikan oleh Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, Bapak Drs. Supratomo, M.Si. Beliau menyempatkan bisa hadir setelah mendampingi Bapak Gubernur Jawa Timur pada kegiatan di Kota Malang. Kehadiran beliau tepat pada saat pertandingan Hadang pertebutan juara 3 dan 4. Selanjutnya beliau juga melihat pertandingan perebutan juara 1 dan 2 antar Regu Hadang Kota Surabaya dan Kabupaten Nganjuk. Kedua regu Hadang ini memang layak memasuki babak final perebutan juara 1 dan 2. Sejak awal mereka bertanding sudah menunjukan permainan yang memiliki strategi yang sangat luar biasa. Setiap lawan yang bertemu dengan kedua regu Hadang ini, tidak mampu mengumpulkan nilai lebih dari 10 point. Sedangkan kedua regu Hadang ini selalu mengalahkan lawan bertandingnya dengan score di atas 130 point. Regu Hadang Kota Surabaya sebelum masuk ke babak final perebutan juara 1 dan 2, sudah mengalahkan regu Hadang Kabupaten Sidoarjo dengan score kemenangan yang juga sangat fantastic di atas 100 point. Begitu pula dengan Kabupaten Nganjuk, sebelum masuk ke babak perebutan final juara 1 da 2 bertemu dengan regu Hadang Kabupaten Bojonegoro. Pada akhirnya, kedua regu ini bertemu di babak final perebutan juara 1 dan 2. Kedua regu Hadang putrid begitu semangatnya untuk mengalahkan satu dengan yang lainnya. Rasa semangat ini timbul tidak hanya dorongan hanya ingin menjadi juara saja, tetapi juga ingin menunjukkan permainan dan strategi terbaiknya di hadapan Bapak Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur. Permainan Hadang putri berakhir dengan kemenangan Regu Hadang Putri Kota Surabaya, dan secara otomatis regu Hadang Kabupaten Nganjuk harus puas pada posisi juara 2.

Sebelum memberikan penghargaan kepada seluruh pemenang, Drs, Supratomo, M.Si memberikan arahan sekaligus menutup pelaksanaan Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur ke 4 Tahun 2016. Kontingen Olahraga Tradisional Kota Surabaya mendominasi peroleh medali pada semua nomor yang diperlombakan. Hanya satu nomor permainan yang lepas dari genggaman Kota Surabaya, yaitu untuk permainan olahraga egrang. Pemain kedua ketika hampIr mendekati garis penggantian pemain sempat terjatuh dan dinyatakan diskualifikasi oleh Hakim garis.
















Seleksi Pertukaran Pemuda Antar Nagara (PPAN) Tahun 2016

Kegiatan Pemuda

Sabtu tanggal 16 April 2016, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur menggelar Seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) di Jawa Timur Tahun 2016. Kegiatan seleksi dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, Drs. Didiek Dwijanto, MM mewakili Bapak Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur yang berhalangan hadir karena ada tugas lain yang tidak dapat ditinggalkan. Tepat pada pukul 08.00 WIB. sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan, pelaksanaan Seleksi PPAN di Jawa Timur Tahun 2016 di Aula Soegondo Djojopoespito Dispora Jawa Timur yang diawali dengan acara pembukaan. Turut hadir mendampingi Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda, Kepala Seksi Wawasan dan Kreativitas Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, dan Ketua PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) Jawa Timur, Ryza Cahya Alumni Program PPAN Tahun 2008.

Kegiatan Seleksi PPAN di Jawa Timur Tahun 2016 ini merupakan kegiatan penjaringan pemuda potensi yang dianjurkan oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora RI melalui surat resmi tanggal  23 Februai 2016 Nomor : 026/DI-1/IV/2016 perihal Paradigma Baru Pelaksanaan Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) Tahun 2016. Dalan surat tersebut menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan pengertian akan pentingnya perdamaian dan kerjasama di bidang pertahanan, ekonomi, dan sosial budaya antara Pemerintah Indonesia dengan negara tujuan, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia selalu setiap tahunnya menyelenggarakan program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN). Untuk memenuhi Program PPAN Tahun 2016 tersebut, Kementerian Pemuda Dan Olahraga Republik Indonesia memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pemuda di Jawa Timur untuk mengisi kuota program PPAN Tahun 2016 ini adalah sebanyak 6 (enam) orang pemuda, untuk 6 (enam) program pertukaran yaitu Tiongkok, Korea Selatan, Malaysia, Jepang, dan India.

Drs. Imam Kiswoto, MM Ketua Pelaksana Seleksi PPAN menyampaikan dalam laporannya bahwa kegiatan pada hari ini adalah merupakan puncak dari berbagai kegiatan sebelumnya. Sebagai awal kegiatan ini adalah pelaksanaan sosialisasi dan publikasi kegiatan melalui media website Dispora Provinsi Jawa Timur, PCMI Jawa Timur, dan Panflet, Brosur, Spanduk yang disebarkan di berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Jawa Timur. Namun mengingat masih terdapat keterbatasan dana sosialisasi dan publikasi, jangkauan penyebaran brosur, panflet dan sepanduk belum secara keseluruhan menyebar ke berbagai perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur. Sosialisasi dan publikasi kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak bulan awal Februari 2016. Tidak hanya itu saja yang telah dilaksanakan oleh Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, lebih diperkuat lagi dengan kegiatan Roadshow ke beberapa perguruan tinggi. Kegiatan Roadshow dilaksanakan secara bersama dengan Pengurus PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) Jawa Timur sejak bulan Maret sampai dengan akhir April 2016.

Drs. Imam KIswoto, MM dalam laporannya juga menyampaikan bahwa pada saat kegiatan sosialisasi dan publikasi sedang berlangsung, tahap pendaftaran pun sudah dimulai, yaitu sejak 8 Maret s/d 1 April 2016. Sejumlah 315 peserta yang mendaftarkan melalui Google Form diwajikan melengkapi pemberkasan, terdiri dari 93 orang putra dan 222 orang putri. Tahap pemberkasan yang berakhir pada tanggal 2 April 2016, dilanjutkan dengan Seleksi Administrasi yang dilakukan oleh Pengurus PCMI Jawa Timur sampai dengan tanggal 10 April 2016. Adapun hasil seleksi nama-nama pendaftar yang lolos mengikuti tes tulis dan wawancara PPAN Tahun 2016 sebanyak 200 orang, dengan rincian calon peserta putra sebanyak 75 pemuda dan calon peserta putri sebanyak 125 pemuda. Nama-nama tersebut tertuang dalam Berita Acara Ketua PCMI Jawa Timur yang diserahkan kepada Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur tanggal 10 April 2016. Mendasari Berita Acara yang telah diterbitkan PCMI Jawa Timur nomor : 0506-01/V/PCMI-Jatim/2016, diterbitkan Keputusan Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur tanggal 11 April 2016 Nomor : 188.4/8877/109/2016 tentang Hasil Seleksi Administrasi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) di Jawa Timur Tahun 2016.

Melengkapi laporannya, Drs. Imam KIswoto, MM menambahkan bahwa pada hari ini, Sabtu tanggal 16 April 2016 berlangsung pelaksanaan Seleksi Program PPAN di Jawa Timur Tahun 2016 di Aula Soegondo Djojopoespito Dispora Provinsi Jawa Timur Jl. Kayon No. 56 Surabaya. Berkumpul sebanyak 200 pemuda akan menunjukan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki untuk saling bersaing positif untuk memperoleh kesempatan memenuhi kuota yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Dari sebanyak 200 pemuda peserta Tes Tulis PPAN ini, akan dilakukan penjaringan sebanyak 80 orang yang berhak mengikuti Tes Wawancara, Penilaian Diskusi Kelompok dan Tes Tampilan Budaya secara berkelompok yang dibagi dalam 3 (tiga) ruang secara terpisah. Dari pelaksanaan Tes Wawancara, Penilaian Diskusi Kelompok dan Tes Tampilan Budaya secara berkelompok tersebut akan diperoleh 30 peserta yang menjadi kandidat utama untuk dapat mengikuti kegiatan pemilihan ranking melalui kegiatan karantina (pebekalan), yang rencananya akan dilaksanakan tanggal 23 – 24 April 2016 di Penginapan Taman Budaya Cak Durasim, Jl. Genteng Kali – Surabaya.

Sebelum mengakhiri laporannya, Drs. Imam KIswoto, MM menyampaikan permohonan do’a restu kepada Bapak Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur yang dalam hal ini diwakili Bapak Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, agar dalam pemenuhan penyerahan 30 (tiga puluh) orang pemuda kandidat untuk 6 (enam) Program Pertukaran tanggal 9 Mei 2016 dapat tercapai tepat waktu. Pemenuhan waktu tersebut merupakan batas akhir yang diberikan Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda, Drs. Didiek Dwijanto, MM berkenan membacakan Sambutan Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa bangga bertatap muka secara langsung dengan pemuda dari seluruh Kabupaten/Kota se Jawa Timur terpilih, yang akan mengikuti Seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) di Jawa Timur Tahun 2016. Bapak Kepala Dinas menambahkan dalam sambutannya, bahwa program PPAN  merupakan program unggulan Kementerian Pemuda Dan Olahraga RI yang mempunyai tujuan meningkatkan saling pengertian akan pentingnya perdamaian dan kerjasama di bidang pertahanan, ekonomi, sosial dan budaya antar pemerintah Indonesia dengan negara tujuan. Selain itu program PPAN ini juga memiliki strategi dalam menjalin kerjasama, persahabatan dan saling pengertian antar pemuda kedua negara dalam semua aspek kehidupan, memperluas cakrawala pemuda Indonesia, baik dalam kerangka nasional maupun internasional, serta meningkatkan rasa patriotisme dan disiplin para pemuda sebagai generasi penerus bangsa.

Lebih ditegaskan lagi dalam isi sambutan yang dibacakan oleh Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, bahwa beliau meyampaikan penghargaan yang tinggi serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh peserta seleksi PPAN di Jawa Timur Tahun 2016 ini yang tetap mau menjadi pemuda yang terdepan dan berupaya terpilih mengikuti pogram PPAN  pada tahun ini. Sebenarnya 200 orang pemuda yang pada hari ini berjuang mengikuti seleksi akan diambil 30 orang pemuda kandidat yang akan mengikuti kegiatan Karantina dan selanjutnya akan diambil 6 orang pemuda terbaik untuk mengisi kuota pertukaran pemuda yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, yaitu masing-masing program pertukaran sebanyak 1 (satu) pemuda untuk Program Tiongkok, Program India, Program Jepang, Program Malaysia dan 2 (dua) pemuda untuk Program Korea Selatan

Saya berharap kepada seluruh peserta pada pelaksanaan seleksi PPAN di Jawa Timur Tahun 2016 ini diikuti secara baik, teliti dan sabar serta ikhlas. Perlu saya tekankan pada seluruh peserta bahwa pada pelaksanaan seleksi ini Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada alumni program PPAN yang bergabung dalam wadah organisasi PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) Jawa Timur sebagai pengelola dan sekaligus penyeleksi.    Pengalaman dan kompetensi yang mereka miliki sudah sangat memenuhi persyaratan dalam menyeleksi peserta program PAN di Jawa Timur Tahun 2016 ini. Mereka secara fair play akan memilih peserta yang betul-betul memenuhi persyaratan dan kelayakan program PPAN ini.

Kegiatan Seleksi PPAN di Jawa Timur Tahun 2016 ini berlangsung hanya satu hari, mulai dari kegiatan Tes Tulis, Tes Wawancara, Penilaian Diskusi Kelompok dan Tes Tampilan Budaya secara berkelompok berjalan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan panitia, dan berakhir pada pukul 19.00 WIB. (aka)