Rasa haru
bercampur gembira terpancar pada wajah seorang atlet tenis meja Magetan, ketika
sukses merengkuh prestasi di ajang Kejuaraan Nasional Tenis Meja Dwi Bengawan
Di GOR Cemani Surakarta – Jawa Tengah. Dua gelar juara berhasil diraih Tutut,
panggilan akrab Puji Astuti Mardianti. Pertama, Tutut sukses menjadi kampiun di
kelompok umur kadet. Di babak final, secara mengejutkan Tutut menumbangkan
rival beratnya, Lia dari PTM (perkumpulan tenis meja) Surya Kediri dengan skor
3 – 1. Tidak puas dengan satu gelar, Tutut kembali membuat kejutan di kelompok
yunior. Tutut berhasil mempecundangi ungulan pertama, Ani dari PTM Surya Kediri
dengan skor 3 – 1. Dengan hasil ini, Tutut berhak atas dua medali emas dan
sejumlah uang pembinaan dari Pengda PTMSI Jawa Timur. Secara mengejutkan Pengurus Daerah (Pengda) menyatakan ingin merekrut Tutut.
Keberhasilan
Puji Astuti Mardiati dalam meraih prestasi di berbagai turnamen, tentunya tidak
begitu saja dengan mudah diraih. Ini merupakan salah satu contoh keberhasilan
yang mampu diraih oleh atlet hasil binaan PTM Ortmeta Magetan. Diam-diam Kota
Magetan memiliki perkumpulan tenis meja potensial. Melalui perkumpulan ini
telah melahirkan sejumlah petenis meja kaliber nasional. Selain Puji Astuti
Mardiati yang telah disebutkan di depan sebagai juara di kelas kadet dan
yunior, masih terdapat atlet handal lainnya, seperti Lestiana Lindawati. Lestiana Lindawati merupakan atlet potensial
yang mampu meraih sebagai juara Asia di nomor campuran. Tidak hanya sebatas itu
PTM Ortmeta sampai saat ini masih melaksanakan pembibitan atlet pemula dan
yunior, yang bakal menggantikan seniornya yang sudah mencetak beberapa prestasi
nasional maupun internasional.
Beberapa atlet
hasil binaan PTM Ortmeta yang mampu menembus berbagai kejuaraan nasional
lainnya, adalah Hendrik Mei, Yeni Rahmawati, Didit Agus, Dicky Dwi Santosa,
Yudha, Susun. Bahkan, ada beberapa atlet potensial hasil binaan PTM Ortmeta
yang direkrut oleh PTM lainnya. Nita, Siti Halimah, dan Lutan Anansih telah
direkrut PTM Guna Dharma Jakarta, sedangkan Bowo, Rossi, dan Restu telah
direkrut PTM Sinar Surya Jakarta. Bowo mampu membuktikan sebagai juara
Indonesia di berbagai even nasional, Rossi menjadi juara DKI Jakarta, dan Restu
menjadi atlet andalan DKI Jakarta pada persiapan PON tahun 2008 mendatang di
Kalimantan Timur.
Begitu
hebatnya PTM. Ortmeta Magetan yang mampu
menciptakan atlet handal sampai ke tingat internasional. Bahkan, beberapa atlet
pemula dan yuniornya diincar oleh beberapa perkumpulan lainnya di Indonesia.
PTM Surya Kediri juga selalu melirik dan merekrut beberapa atlet potensial PTM
Ortmeta untuk dibina dan lebih dikembangkan. Di balik
kehebatan PTM Ortmeta dalam membina dan menelurkan atlet handal, pastilah ada
seseorang yang bertangan dingin. Siapakah orang yang begitu hebat memimpin dan
membiayai perkumpulan itu ? Siapakah pelatih yang menangani ? Seberapa
lengkapkah fasilitas latihan yang dimiliki perkumpulan tersebut ? Tidak mungkin
perkumpulan ini mampu bersaing dengan PTM lain, andaikan tidak dipimpin oleh
seorang yang brilian dan memiliki kocek tebal, memiliki pelatih handal, dan
didukung peralatan yang serba modern. Namun itu semua di luar dugaan, PTM
Ortmeta hanya dipimpin oleh seorang yang sangat sederhana, Subani namanya.
Selain yang memiliki perkumpulan ini, Subani juga sebagai pemimpin sekaligus
sebagai pelatih. Dan yang sangat mengherankan adalah fasilitas latihan serba
ala kadarnya. Rumah satu-satunya yang ia dimilikinya, ia relakan dijadikan
tempat berlatih dan untuk mencetak petenis meja handal.
Karena
tekadnya sejak muda ingin menjadi orang yang selalu dihargai orang lain, Subani
merelakan masa mudanya jauh dari berbagai kesenangan duniawi. Sampai menginjak
usia kepala enam, Subani tetap merelakan untuk hidup seorang diri, tanpa
didampingi seorang istri. Keinginan yang ada dalam benaknya hanyalah
menyumbangkan pikiran, tenaga dan keringatnya untuk prestasi olahraga. Melalui olahraga, Subani
bekerja keras dan berupaya mencetak atlet handal yang mampu berprestasi dan
mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia.
Obsesinya melahirkan atlet potensial telah
mengabaikan kehidupan berumahtangga seperti teman-temannya yang lain. Justru
baru membina rumahtangga baru dilakukan pada masa pensiunnya sebagai kepala SMP
Negeri. Subani mempersunting seorang gadis bernama Mursayidah, ketika ia
menginjak usia yang ke 60 tahun. Mursayidah masih berusia 21 tahun ketika
dinikahinya, pada tanggal 20 Nopember 2005. Selang dua puluh hari sesudah
menerima SK pensiun Kepala Sekolah dengan golongan IV/c, yaitu tanggal 1
Nopember 2005.
Keuletan memperjuangkan regenerasi atlet
tennis meja di Jawa Timur, mengantarkan Subani kepada keberhasilan yang lain.
Keberhasilan lainnya yang ia peroleh adalah pelimpahan kewenangan dalam
mengelola atas didirikannya Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar Daerah
(PPLPD) Jawa Timur cabang olahraga tennis meja di Kabupaten Magetan. Pendirian
PPLPD cabang tennis meja ini merupakan kerjasama antara Dinas Kepemudaan dan
Keolahragaan Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kabupaten Magetan. Pendirian
PPLPD ini telah diresmikan pada tanggal 17 April 2006 oleh Kapolres Magetan,
mewakili Bupati Magetan yang sedang melaksanakan tugas kedinasan di Jakarta.
Semangat Subani semakin menggelora, dan
bertekd mengemban tugas dengan baik dalam mengelola PPLPD Jawa Timur cabang
olahraga tennis meja Kabupaten Magetan. Subani tidak akan menyia-nyiakan tugas
yang diamanahkan kepadanya ini. Ia akan membuktikan prestasi yang akan
dihasilkan oleh atlet binaannya dalam beberapa waktu ke depan. Baginya, tugas
dan kewenangan mengelola PPLPD ini merupakan salah satu bentuk perhatian
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Magetan terhadap upaya yang selama
ini ia lakukan. Bagi Subani, hal ini juga merupakan anugerah terbesar dalam
hidupnya selain beberapa bulan sebelum mendapatkan anugerah lain, yaitu seorang
istri yang masih sangat muda dan cantik.
Membangun
Motivasi Hidup Melalui Olahraga
Ingin Menjadi
Guru Olahraga
Subani,
pemilik dan pelatih PTM Ormeta Magetan, telah mencetak sejumlah kader petenis
meja kaliber nasional. Kiprahnya dalam menghasilkan petenis meja potensial, menjadikan
perkumpulan tenis meja ini selalu dianggap lawan yang menakutkan bagi
perkumpulan tenis meja lainnya. Atlet hasil didikan Subani selalu dilirik untuk
direkrut menjadi atlet handal perkumpulan lain. PTM Surya Kediri, PTM Guna
Dharma Jakarta, dan PTM Sinar Surya Jakarta adalah PTM yang selalu berkeinginan
merekrut atlet potensial hasil binaan Subani. Subani dengan segala kiprahnya
dalam dunia olahraga tenis meja sangat dikenal sampai di tingkat nasional.
Hijrahnya sejumlah
atlet handal hasil binaan Subani ke daerah lain, sempat menjadikan Bupati Magetan
(Drs. H. Soenarto ,Msi) gundah. Namun, Subani mampu meredakan kegundahannya
dengan memberikan alasan yang tepat dan dapat diterima. Alasan yang dikemukakan
Subani kepada orang nomor satu di Kabupaten ini tidak lain menyangkut
kesejahteraan dan kebutuhan atlet pada masa
mendatang. Subani selalu memberikan keleluasaan kepada atlet binaannya untuk
memilih PTM yang mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada mereka.
Ia selalu memberikan ijin pindah kepada atletnya bila memilih atau terekrut di
perkumpulan lain yang lebih menjanjikan untuk kesejahteraan hidup mereka kelak.
Namun, Subani berjanji untuk tidak kendor menelurkan petenis meja yunior
lainnya, walau dengan peralatan ala kadarnya.
Sejak kecil Subani
ber cita-cita untuk menjadi guru olahraga. Ia lahir di Magetan pada tahun 1952 sebagai anak ke .... dari 13 bersaudara. Ayah
Subani bernama Somodikromo dan Ibu Latinem, keduanya telah almarhum. Walau
kedua orang tuanya tidak gemar berolahraga, tetapi selalu memberikan dorongan
dan dukungan kepada Subani untuk aktif di olahraga. Keinginan untuk menjadi
guru olahraga dilatarbelakangi dari sikap rendah dirinya terhadap
saudara-saudaranya serta teman-temannya sekampung. Sikap minder ini timbul
karena postur tubuh yang ia miliki. Ia merasa lebih pendek dibandingkan dengan
saudara-saudara lainnya. Ia juga merasa tidak setampan saudara-saudaranya. Sikap merasa serba “kurang”
dibandingkan saudara-saudaranya itulah, yang mendorongnya bertekad membangun prestasi
hidupnya melalui olahraga. Prestasi di bidang olahraga akan menumbuhkan
kepercayaan diri untuk tampil lebih baik. Kelemahan-kelemahan lain yang dimilikinya,
ia tutup dengan kemampuannya di bidang olahraga.
Kiprahnya
di Olahraga
Olahraga bagi
Subani merupakan napas dalam kehidupan sehari-harinya. Hampir semua olahraga
yang ada ketika itu, ia geluti secara serius. Lompat tinggi, lompat jauh pada
cabang atletik, senam lantai, bulutangkis, dan banyak cabang olahraga lain yang
ia ikuti. Hampir seluruh cabang olahraga yang ia geluti, selalu mengantar ia ke
setiap kejuaraan, baik antarkecamatan maupun Kab/Kota di Jawa Timur, dan selalu
menang. Ketika itu olahraga belum digemari oleh banyak orang seperti sekarang. Itu sebabnya setiap kemenangan yang ia raih, menjadi
kebanggaan orang-orang di kampungnya.
Mulai masuk
sekolah pada tahun 1959, ketika ia berusia 7 tahun. Kelas 1 dan 2 ia lalui di
Sekolah Rakyat Tambakrejo – Magetan. Kemudian pada saat ia kelas 3, 4, 5, dan 6
berada di SR Mangkujaya – Magetan. Jarak antara sekolah dengan rumahnya tidak
terlalu jauh, kurang lebih 200 m, sehingga dapat ditempuh dengan jalan kaki. Subani
tidak memiliki prestasi yang menonjol di sekolahnya. Mata pelajaran yang sangat
disukainya adalah olahraga dan bahasa daerah. Ketika itu, guru olahraga tidak
ada seperti sekarang. Aktivitas olahraga di sekolah diberikan oleh guru kelas,
sehingga prestasi olahraga tidak terlalu menonjol seperti sekarang.
Ia menggemari
olahraga lompat tinggi dan lompat jauh. Teman-teman satu sekolah tidak ada yang
dapat melampaui kemampuannya. Seringkali Subani mewakili sekolahnya mengikuti
beberapa kejuaraan, dan selalu menang. Kemenangan demi kemenangan selalu ia
raih dengan rasa kebanggaan yang luar biasa. Rasa bangga ini selalu ia
ceritakan kepada kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Rasa minder yang
diakibatkan kekurangan-kekurangan fisiknya, sedikit demi sedikit pupus,
tertutupi oleh kemampuan dan prestasinya di bidang olahraga.
Pada tahun
1962, Subani menamatkan Sekolah Rakyat. Pada tahun yang sama ia masuk ke
jenjang berikutnya, yaitu SMP PGRI I Magetan. Kenangan yang mendalam bagi
Subani adalah ketika berangkat dan pulang sekolah, selalu ia gandol atau mencari tumpangan gratis
kepada teman-temannya yang memiliki sepeda. Jarak antara rumah dengan sekolahnya,
cukup jauh, kurang lebih 5 km. Pada jenjang SMP ini, Subani juga sangat
menyenangi mata pelajaran olahraga. Olahraga baginya merupakan kegiatan yang
sangat menyenangkan. Mata pelajaran yang disukainya adalah Fisika. Ia sangat menyadari akan ketidak
mampuannya dalam berpikir. Baginya fisika adalah momok yang menakutkan dan
sangat tidak ia sukai.
Pada jenjang
SMP ini, prestasi olahraganya mencapai masa kejayaannya, khususnya untuk cabang
olahraga senam. Subani ketika SMP lebih menyukai senam lantai, karena bersifat
atraktif dan sangat menantang. Dapat diperagakan dan ditontonkan kepada
teman-teman maupun saudara-saudaranya. Mulai dari roll depan (gulung ke depan)
sampai dengan gerakan yang lebih sulit, salto ke depan, Subani sangat menyukai
dan menekuni. Kenangan pahit ketika SMP tidak pernah ia alami. Dunia olahraga
baginya merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Subani
mengenal senam lantai dari guru olahraganya ketika di SMP, Pak Achmad namanya.
Ia patuhi semua instruksi yang diberikan pak Achmad. Kegemarannya terhadap
olahraga, menjadikan Subani tidak mengalami kesulitan melakukan tahapan-tahapan
latihan penguasaan gerak. Sesulit apapun gerakan yang diberikan pak Achmad
kepadanya, tidak menjadikan Subani putus asa. Dalam tempo yang tidak terlalu
lama, gerakan baru yang diberikan kepadanya dapat ia kuasai dengan baik. Pak
Achmad senang dengan bakat yang dimiliki Subani. Namun demikian, Pak Achmad
menyadari akan keterbatasan ilmu yang dimilikinya. Keterbatasan ini tidak
memungkinkan membina Subani ke jenjang yang lebih tinggi. Subani sangat
berbakat dalam dunia olahraga dan sangat mudah mempelajari menguasai gerak
sesulit apapun. Ketika itu senam lantai belum berkembang baik di seluruh Jawa
Timur. Kejuaraan-kejuaraanpun tidak pernah dilaksanakan, baik untuk tingkat Jawa Timur maupun Kabupaten/Kota. Peluang
menerjunkan Subani mengikuti kejuaraan senam sangat kecil. Oleh sebab itu, pak
Acmad hanya bisa menampilkan kebolehan Subani untuk atraksi-atraksi pada
acara-acara tertentu. Atraksi yang ia tampilkan juga membuat penonton kagum,
dan selalu memberikan sambutan yang sangat meriah kepada Subani. Subani menjadi
terkenal di lingkungannya, Magetan. Kegiatan ini berlanjut sampai dengan Subani
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu di SGA (Sekolah Guru Atas)
Katolik – Madiun.
Berbekal
kemampuan di berbagai cabang olahraga, akhirnya pada tahun 1962 Subani mendapat
kesempatan masuk ke SGA Katolik – Madiun. Tanpa harus memikirkan lagi biaya
sekolah dan mendapatkan tempat tinggal di asrama, Subani mendapat ikatan dinas
melalui sekolah tersebut. Kegemarannya berolahraga senam lantai tetap ia lakukan
sampai menamatkan sekolahnya.
Begitu haus
Subani untuk dapat menampilkan segala keterampilan yang dimilikinya, pada
akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dan masuk dalam sebuah partai politik,
yaitu PNI Madiun. Dalam mencari simpatik massa, partai politik ini sering
melakukan berbagai kegiatan yang menarik perhatian. Salah satu kegiatan
tersebut adalah berupa atraksi penampilan senam. Subani mempunyai keterampilan
itu semua. Dengan senang dan bangga ia menampilkan kebolehannya di depan penonton
yang begitu banyak. Rasa bangga itu muncul ketika penonton berdecak kagum dan
bertepuk tangan melihat atraksi yang dilakukannya. Pengalaman seperti ini sangat
mengesankan hati Subani sampai dengan sekarang.
Keinginannya
yang besar untuk menjadi guru mengantarkan Subani melanjutkan sekolahnya ke
Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) Madiun. Awalnya ia bertempat di rumah orang lain yang
tidak ia kenal, tetapi ia hanya mampu bertahan selama tiga bulan. Subani merasa
tidak betah bertempat tinggal di rumah tersebut. Banyak hal yang membuat Subani
tidak betah, terutama kewajiban yang harus ia lakukan dan perintah pemilik
rumah untuk melakukan pekerjaan rumah. Mulai dari membersihkan halaman rumah, mengepel
lantai, mengisi bak mandi, dan lain sebagainya. Pekerjaan tersebut bagi Subani
sangat memberatkan dan sangat melelahkan. Sepulang sekolah, sebenarnya kondisi badan tidak memungkinkan untuk
melakukan pekerjaan seberat itu. Ia merasa kurang istirahat. Selain itu, kesempatan untuk melakukan aktivitas olahraga
sangat tidak mungkin dilakukannya. Akhirnya ia memutuskan kembali ke kampung
halamannya, bertempat tinggal bersama
kedua orang tuannya. Ia berani mengambil resiko untuk pulang pergi Magetan –
Madiun. Berangkat sekolah ia lakukan dengan menumpang kendaraan teman
sekampung. Terkadang ia harus gandol
truk. Kondisi seperti ini ia lakukan sampai dengan tamat PGSLP.
Selain cabang
olahraga senam lantai, Subani juga menekuni dan sangat mahir bermain bolavoli. Walau
tinggi badannya tidak ideal, tapi ia sering ditunjuk pelatihnya, pak Suyitno sebagai toucer. Pak
Suyitno adalah guru berpengalaman di bidang bolavoli dan mengajarkan teknik
bermain kepada Subani dengan baik. Subani mampu menguasai teknik bermain
bolavoli dengan baik. Tidak cukup hanya sampai di situ saja. Subani juga mendorong
teman-temannya untuk mendirikan sebuah klub bola voli dan diberi nama Klub
bolavoli Tambakrejo – Magetan.
Pada tahun
1966, Subani tamat dari PGSLP Madiun. Kesenangan dalam permainan bola voli
tetap ia lakukan bersama teman-temannya sampai dengan tahun 1970. Prestasi
puncak yang pernah ia capai adalah sebagai juara I pada kejuaraan bola voli
tingkat Kota Madiun. Pada tahun
1970, Subani sangat kagum akan prestasi yang diraih Sugeng Utomo, atlet
nasional tenis meja. Prestasi Sugeng Utomo ketika itu adalah mampu menduduki 16
besar dunia. Begitu hebatnya prestasi yang mampu diciptakan Sugeng Utomo
tingkat dunia. Subani sangat mengidolakan dan menginginkan untuk dapat
melakukan permainan tenis meja ini. Akhirnya kegiatan berlatih bola voli ia
hentikan, dan beralih ke permainan tenis meja.
Ketekunan dan
tekadnya yang membaja yang dimiliki Subani, menjadikan dirinya pemain yang
handal. Subani tidak pernah bergabung pada suatu perkumpulan tenis meja. Namun
dengan kemahiran yang dimilikinya, akhirnya Subani dilatih pelatih cina, Ma Jin
Bow namanya. Tahun 1991, ia mampu menjadi juara I nasional pada kejuaraan tenis
meja KORPRI tingkat nasional. Tahun 1992, ia berhenti menjadi atlet. Kemampuan
dan kekuatan fisiknya sudah tidak mendukung untuk harus berperan sebagai atlet.
Selain itu kecepatannya dan kelincahannya sudah semakin menurun. Ia memutuskan
untuk berhenti dan beralih menjadi
pelatih.
Mengimbangi
Prestasi Dunia Merupakan
Angan-angannya
Subani memiliki cita-cita dan angan-angan yang sangat luhur. Bukan dirinya yang ia
kehendaki, tetapi berupaya mencetak anak-anak Indonesia untuk menyamai prestasi
dunia. Berbekal teknik yang pernah ia terima dari pelatih asal Cina (Mr. Ma Jin
Bow), Subani memanfaatkan ruang depan
rumahnya sebagai tempat berlatih anak-anak. Ruang tamunya berukuran 6 x 10 mdisulapnya
jadi ruang latihan dengan menggelar dua buah meja tenis. Berbekal fasilitas
seadanya, secara tekun Subani melatih anak-anak pagi dan sore hari. Keseriusan
dalam melatih anak-anak membuahkan dan menelurkan atlet kaliber nasional dan
internasional.
Subani mendirikan perkumpulan tenis meja di Magetan
pada tahun 1985, dengan nama perkumpulan tenis meja “Ortmeta”. Bersamaan dengan
berdirinya perkumpulan tenis meja “Surya” Kediri. Pada tahun 1999, Subani
terpilih menjadi pengurus Pengda PTMSI Jawa Timur periode 1999 – 2001. Subani
sangat terkesan pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XV – 2000 yang
berlangsung di Jawa Timur). Cabang olahraga tenis meja ditetapkan untuk dilaksanakan
di Kediri. Subani mendapat tugas selain harus mendampingi Bu Diana (Ketua Umum
Pengda PTMSI Jawa Timur), tetapi ia juga memperoleh tugas yang amat berat untuk
memenuhi tiga keinginan Bu Diana, sukses penonton, sukses medali, dan sukses
panitia. Ketiga keinginan Bu Diana ia upayakan semaksimal mungkin. Hasilnya
sungguh luar biasa. Tujuh medali emas berhasil disapu bersih oleh tim tenis
meja Jawa Timur. Penonton sangat berjubel. Dan panitia berhasil melaksanakan
kegiatan tanpa gangguan sedikitpun.
Kiat Membina
Perkumpulan
Sejak pendirian PTM
Ortmeta Magetan, pada tahun 1985 Subani membina dan melatih anak-anak tanpa
mendapatkan dukungan dari pemerintah. Perkumpulan ini murni swadaya, yang
dihimpun dari biaya pendaftaran dan iuran per bulan. Saat ini, masing-masing
anak-anak binaannya diwajibkan membayar sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah) per bulan. Nilai tersebut sangat kecil bagi Subani, karena tidak sebanding
dengan ketentuan besar biaya yang harus dikeluarkan oleh Subani setiap bulannya.
Biaya yang harus dikeluarkan Subani selalu lebih besar dari penerimaan iuran
per bulan. Kewajiban yang harus dipenuhi Subani adalah harus membayar 2 asisten
pelatih, Bambang dan Yoni. Ia juga harus menambah beban biaya listrik, air,
keamanan, dan kebersihan. Terkadang ia juga harus menambah kekurangan biaya
dari koceknya sendiri. Begitu pula halnya ketika ia harus mempersiapkan
anak-anak binaannya untuk mengikuti sebuah kejuaraan. Jadwal latihan lebih ditingkatkan, sehingga mempengaruhi biaya operasionalnya.
Dukungan orang tua sangat ia butuhkan, mulai dari pengadaan konsumsi latihan
(makan dan minum), dan tambahan transportasi asisten pelatih. Bahkan
keterlibatan orang tua sampai dengan penyiapan transportasi perjalanan dan penyediaan
biaya penginapan selama berlangsungnya kejuaraan. Belum lagi setiap dua minggu
sekali, Subani memprogramkan kegiatan latih tanding bagi anak-anak binaannya dengan
perkumpulan tenis meja di kota-kota lain.
Subani tidak terlalu
terlibat jauh dalam penyiapan dan pengadaan dana pendukung persiapan mengikuti
kejuaraan maupun latih tanding. Ia lebih konsentrasi dan lebih memperhatikan
perkembangan dan kesiapan penampilan anak-anak binaannya. Ia tidak ingin
anak-anak berpenampilan buruk di kejuaraan yang akan diikuti. Keseriusan dalam
memberikan porsi beban latihan ia sesuaikan dengan kemampuan anak-anak binaannya.
Keberhasilan anak
binaanya dalam setiap kejuaraan, ia lakukan ketika anak baru mengikuti latihan.
Secara global ia latihan dasar-dasar permainan tenis meja. Kalau sudah terlihat
bakat, ia pisahkan dan diberikan latihan bayangan. Latihan bayangan ini penting
sekali diberikan kepada anak binaannya, untuk menciptakan kepekaan dan refleksi
terhadap gerak lawan. Bentuk latihan bayangan ini adalah mengharuskan anak
untuk mampu membayangkan lawan tandingnya seolah-seolah berada di hadapannya,
tanpa menggunakan peralatan dan permainan yang sebenarnya. Bentuk latihan visualisasi
yang diberikan kepada anak-anak, akan meningkatkan kemampuan dan refleksinya
ketika ia betul-betul menghadapi lawan yang sebenarnya.
Subani sangat
menyadari tentang kunci-kunci, mencapai sebuah keberhasilan di setiap
kejuaraan. Faktor yang sangat dominan adalah kemauan keras yang dimiliki
anak-anak binaannya. Tanpa kemauan keras, mustahil kemenangan akan selalu
diraihnya. Oleh sebab itu, Subani selalu memberikan motivasi dan
pengertian-pengertian akan pentingnya tekad serta kemauan kuat yang harus
dimiliki setiap anak-anak binaannya. Jadwal latihan yang diberikan anak-anak
sangat padat, pagi sekitar pukul 05.00 wib latihan dimulai. Terkadang sampai
malam hari sekitar pukul 21.00 wib. Anak-anakpun dengan semangat mengikuti
segala program latihan yang diberikan Subani. Ada beberapa orang tua, yang
menginnginkan anaknya berprestasi dengan menambah jam latihan di luar jadwal
yang telah ditentukan (privat). Penambahan ini secara otomatis berdampak kepada
penambahan biaya di luar biaya yang sudah ditentukan. Mereka tidak segan-segan
memberikan tambahan biaya sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per
bulannya.
Sesuatu yang luar
biasa sebagai pembina olahraga, tercermin pada perilaku Subani. Bila ia
menemukan anak yang berbakat baik dan potensial, namun kondisi perekonomian
orang tuanya sangat tidak mendukung untuk memenuhi biaya perbulan, maka dengan sukarela Subani membebaskan anak
tersebut dari segala biaya latihan. Anak tersebut tetap mendapatkan porsi
latihan yang sama dengan anak binaan lainnya. Di sela-sela kesibukan Subani mengembangkan pembinaan
tenis meja, secara tidak sengaja mengenal seorang gadis manis yang pada
akhirnya menjadi istrinya. Pada mulanya Subani bertekad untuk tidak menikah. Selain
usia yang sudah tidak muda lagi, juga akan membahayakan kesehatannya dan tidak
akan mungkin mendapatkan keturunan. Oleh sebab itu, Subani tidak berkeinginan
menjalin hubungan dengan seorang gadis sampai ke jenjang pelaminan. Tekadnya
ini ternyata luntur, ketika seorang gadis melamar pekerjaan sebagai tenaga
honorer Tata Usaha di sekolahnya. Ketika gadis ini melamar di sekolahnya,
Subani kebetulan sedang bertugas mengikuti pembinaan Kepala Sekolah di luar
kota. Sepulang dari tugas, ia sempat terkejut ketika ada pegawai baru. Pegawai
baru ini kebetulan bertugas melayani segala kebutuhan pekerjaan di kantornya.
Sikap Subani terhadap
wanita ini yang semula keras, sedikit demi sedikit melunak. Perilaku gadis ini
sangat sopan di depannya. Kehadiran gadis ini mengurangi beban tugasnya sebagai
kepala sekolah . Gadis yang mempunyai nama Mursayidah ini sangat cekatan dan
dapat memahami jiwa Subani yang yang keras, bahkan dengan sabar dapat membantu
segala keperluan kantor. Karena memiliki jiwa sabar dan telaten, Subani
memindahkan Mursayidah ke perpustakaan. Dengan harapan, perpustakaan di
sekolahnya akan semakin tersusun rapih.
Selang beberapa bulan
kemudian, hati Subani tertarik dan luluh oleh kebugaran Mursayidah. Cinta mulai
bersemi di hati Subani, membuat hidupnya terasa indah dan semakin bergairah.
Perlahan tapi pasti, Subani mulai mendekatkan diri kepada gadis lugu ini.
Diajak bicara mau, diajak makan bersama mau, dipegang tangannyapun mau. Yang
semula ada keraguan untuk dapat mempersunting Mursayidah, ternyata cintanya
tidak bertepuk sebelah tangan. Cintanya diterima dengan gembira, bahkan kedua
orang tua Mursayidah sempat mendatangi rumahnya menyampaikan maksud persetujuan
anaknya untuk dilamar.
Walau mendapat
tantangan dari Budenya, Subani tetap bertekad mempersunting Mursayidah. Ia
menyadari ketidak setujuan Budenya untuk mempersunting Mursayidah. Selain usia
gadis tersebut masih 21 tahun, terpaut 40 tahun dengan usianya. Juga dikhawatirkan
Subani hanya dimanfaatkan oleh gadis tersebut untuk meraup segala kekayaan yang
dimilikinya. Subani mampu menjelaskan kepada Budenya akan perilaku Mursayidah
yang sangat sopan dan baik hati, dan rasa cintanya terhadap gadis tersebut.
Melihat kondisi Subani yang tidak mungkin lagi dapat dinasehati, karena cinta
yang begitu mendalam terhadap Mursayidah, beberapa bulan kemudian Budenya
menyetujui keinginan Subani untuk menikahi gadis tersebut. Pucuk dicinta ulam
tiba, Subani akhirnya berhasil mempersunting gadis tersebut dengan bahagia.
Pernikahanpun dilaksanakan secara meriah, dan dihadiri seluruh kerabat.
Istri tercinta sampai
saat ini masih tetap melanjutkan kuliah di IKIP PGRI Madiun jurusan Biologi.
Subani, dengan setia mengantar istrinya berangkat kuliah dan menjemput di
terminal Madiun. Hal ini ia penuhi karena permintaan istrinya untuk antar
jemput. Dengan rasa ikhlas dan sayang kepada istrinya, ia lakukan sampai dengan
sekarang.
Dua puluh hari
sebelum pelaksanaan pernikahan, Subani telah menerima surat keputusan pensiun
dari pegawai negeri sipil, tanggal 1 Nopember 2005. Namun demikian, Bupati
Magetan tetap memberikan kepercayaan kepadanya untuk tetap menjabat sebagai
kepala sekolah. Karena masih dipercaya, maka Subani tetap bekerja sebagaimana
biasanya. Walaupu sebenarnya dalam hatinya ingin pensiun sebagai seorang guru,
untuk dapat lebih memperhatikan dan mengembangkan PPLPD cabang olahraga tenis
meja yang ia emban. Keinginan di lubuk hati yang paling dalam adalah mampu
menelurkan dan mencetak prestasi atlet binaannya sampai ke tingkat
internasional.
Kunci sukses bagi
Subani dalam hidupnya adalah selalu memperhatikan sekecil apapun kepada orang
lain. Perhatian itu bisa berupa apa saja, yang membuat orang menjadi lebih
senang dan ringan dalam bekerja. Keiklasan yang diberikan Subani kepada
orang-orang sekitarnya yang selama ini ia bantu, menumbuhkan kecintaan dan rasa
suka kepadanya.
Ia memiliki cita-cita luhur untuk lebih mengembangkan PPLPD yang ia emban untuk kepentingan bangsa dan negaranya tercinta, Indonesia. Ia sangat berharap ada uluran tangan dari pemerintah berupa dukungan dana untuk membangun arena berlatih tertutup di Lahan kosong miliknya yang berada di samping rumahnya. Ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Magetan, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur atas perhatiaanya dan dukungan serta kepercayaan untuk mengemban tugas mengelola PPLPD cabang olahraga di Magetan. Mohon do’a restu dari seluruh masyarakat Magetan, khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya.
Ia memiliki cita-cita luhur untuk lebih mengembangkan PPLPD yang ia emban untuk kepentingan bangsa dan negaranya tercinta, Indonesia. Ia sangat berharap ada uluran tangan dari pemerintah berupa dukungan dana untuk membangun arena berlatih tertutup di Lahan kosong miliknya yang berada di samping rumahnya. Ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Magetan, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur atas perhatiaanya dan dukungan serta kepercayaan untuk mengemban tugas mengelola PPLPD cabang olahraga di Magetan. Mohon do’a restu dari seluruh masyarakat Magetan, khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya.
Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack - Mapyro
BalasHapusHarrah's Philadelphia Casino & Racetrack features over 30000 경산 출장마사지 slots and 평택 출장마사지 4,300 table games, 영주 출장마사지 a luxurious spa and 인천광역 출장안마 2,500 광주 출장샵 gaming machines, Rating: 2.5 · 1,005 reviews