Sabtu, 16 Juli 2016

SUBANI, Pembina dan Pelatih Tenis Meja dari Kabupaten Magetan

Tokoh 
Rasa haru bercampur gembira terpancar pada wajah seorang atlet tenis meja Magetan, ketika sukses merengkuh prestasi di ajang Kejuaraan Nasional Tenis Meja Dwi Bengawan Di GOR Cemani Surakarta – Jawa Tengah. Dua gelar juara berhasil diraih Tutut, panggilan akrab Puji Astuti Mardianti. Pertama, Tutut sukses menjadi kampiun di kelompok umur kadet. Di babak final, secara mengejutkan Tutut menumbangkan rival beratnya, Lia dari PTM (perkumpulan tenis meja) Surya Kediri dengan skor 3 – 1. Tidak puas dengan satu gelar, Tutut kembali membuat kejutan di kelompok yunior. Tutut berhasil mempecundangi ungulan pertama, Ani dari PTM Surya Kediri dengan skor 3 – 1. Dengan hasil ini, Tutut berhak atas dua medali emas dan sejumlah uang pembinaan dari Pengda PTMSI Jawa Timur. Secara mengejutkan Pengurus Daerah (Pengda) menyatakan ingin merekrut Tutut.

Keberhasilan Puji Astuti Mardiati dalam meraih prestasi di berbagai turnamen, tentunya tidak begitu saja dengan mudah diraih. Ini merupakan salah satu contoh keberhasilan yang mampu diraih oleh atlet hasil binaan PTM Ortmeta Magetan. Diam-diam Kota Magetan memiliki perkumpulan tenis meja potensial. Melalui perkumpulan ini telah melahirkan sejumlah petenis meja kaliber nasional. Selain Puji Astuti Mardiati yang telah disebutkan di depan sebagai juara di kelas kadet dan yunior, masih terdapat atlet handal lainnya, seperti Lestiana Lindawati.  Lestiana Lindawati merupakan atlet potensial yang mampu meraih sebagai juara Asia di nomor campuran. Tidak hanya sebatas itu PTM Ortmeta sampai saat ini masih melaksanakan pembibitan atlet pemula dan yunior, yang bakal menggantikan seniornya yang sudah mencetak beberapa prestasi nasional maupun internasional.

Beberapa atlet hasil binaan PTM Ortmeta yang mampu menembus berbagai kejuaraan nasional lainnya, adalah Hendrik Mei, Yeni Rahmawati, Didit Agus, Dicky Dwi Santosa, Yudha, Susun. Bahkan, ada beberapa atlet potensial hasil binaan PTM Ortmeta yang direkrut oleh PTM lainnya. Nita, Siti Halimah, dan Lutan Anansih telah direkrut PTM Guna Dharma Jakarta, sedangkan Bowo, Rossi, dan Restu telah direkrut PTM Sinar Surya Jakarta. Bowo mampu membuktikan sebagai juara Indonesia di berbagai even nasional, Rossi menjadi juara DKI Jakarta, dan Restu menjadi atlet andalan DKI Jakarta pada persiapan PON tahun 2008 mendatang di Kalimantan Timur.

Begitu hebatnya PTM.  Ortmeta Magetan yang mampu menciptakan atlet handal sampai ke tingat internasional. Bahkan, beberapa atlet pemula dan yuniornya diincar oleh beberapa perkumpulan lainnya di Indonesia. PTM Surya Kediri juga selalu melirik dan merekrut beberapa atlet potensial PTM Ortmeta untuk dibina dan lebih dikembangkan.  Di balik kehebatan PTM Ortmeta dalam membina dan menelurkan atlet handal, pastilah ada seseorang yang bertangan dingin. Siapakah orang yang begitu hebat memimpin dan membiayai perkumpulan itu ? Siapakah pelatih yang menangani ? Seberapa lengkapkah fasilitas latihan yang dimiliki perkumpulan tersebut ? Tidak mungkin perkumpulan ini mampu bersaing dengan PTM lain, andaikan tidak dipimpin oleh seorang yang brilian dan memiliki kocek tebal, memiliki pelatih handal, dan didukung peralatan yang serba modern. Namun itu semua di luar dugaan, PTM Ortmeta hanya dipimpin oleh seorang yang sangat sederhana, Subani namanya. Selain yang memiliki perkumpulan ini, Subani juga sebagai pemimpin sekaligus sebagai pelatih. Dan yang sangat mengherankan adalah fasilitas latihan serba ala kadarnya. Rumah satu-satunya yang ia dimilikinya, ia relakan dijadikan tempat berlatih dan untuk mencetak petenis meja handal.

Karena tekadnya sejak muda ingin menjadi orang yang selalu dihargai orang lain, Subani merelakan masa mudanya jauh dari berbagai kesenangan duniawi. Sampai menginjak usia kepala enam, Subani tetap merelakan untuk hidup seorang diri, tanpa didampingi seorang istri. Keinginan yang ada dalam benaknya hanyalah menyumbangkan pikiran, tenaga dan keringatnya untuk  prestasi olahraga. Melalui olahraga, Subani bekerja keras dan berupaya mencetak atlet handal yang mampu berprestasi dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia.

Obsesinya melahirkan atlet potensial telah mengabaikan kehidupan berumahtangga seperti teman-temannya yang lain. Justru baru membina rumahtangga baru dilakukan pada masa pensiunnya sebagai kepala SMP Negeri. Subani mempersunting seorang gadis bernama Mursayidah, ketika ia menginjak usia yang ke 60 tahun. Mursayidah masih berusia 21 tahun ketika dinikahinya, pada tanggal 20 Nopember 2005. Selang dua puluh hari sesudah menerima SK pensiun Kepala Sekolah dengan golongan IV/c, yaitu tanggal 1 Nopember 2005.

Keuletan memperjuangkan regenerasi atlet tennis meja di Jawa Timur, mengantarkan Subani kepada keberhasilan yang lain. Keberhasilan lainnya yang ia peroleh adalah pelimpahan kewenangan dalam mengelola atas didirikannya Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar Daerah (PPLPD) Jawa Timur cabang olahraga tennis meja di Kabupaten Magetan. Pendirian PPLPD cabang tennis meja ini merupakan kerjasama antara Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kabupaten Magetan. Pendirian PPLPD ini telah diresmikan pada tanggal 17 April 2006 oleh Kapolres Magetan, mewakili Bupati Magetan yang sedang melaksanakan tugas kedinasan di Jakarta.

Semangat Subani semakin menggelora, dan bertekd mengemban tugas dengan baik dalam mengelola PPLPD Jawa Timur cabang olahraga tennis meja Kabupaten Magetan. Subani tidak akan menyia-nyiakan tugas yang diamanahkan kepadanya ini. Ia akan membuktikan prestasi yang akan dihasilkan oleh atlet binaannya dalam beberapa waktu ke depan. Baginya, tugas dan kewenangan mengelola PPLPD ini merupakan salah satu bentuk perhatian Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Magetan terhadap upaya yang selama ini ia lakukan. Bagi Subani, hal ini juga merupakan anugerah terbesar dalam hidupnya selain beberapa bulan sebelum mendapatkan anugerah lain, yaitu seorang istri yang masih sangat muda dan cantik.

Membangun Motivasi Hidup Melalui Olahraga

Ingin Menjadi Guru Olahraga

Subani, pemilik dan pelatih PTM Ormeta Magetan, telah mencetak sejumlah kader petenis meja kaliber nasional. Kiprahnya dalam menghasilkan petenis meja potensial, menjadikan perkumpulan tenis meja ini selalu dianggap lawan yang menakutkan bagi perkumpulan tenis meja lainnya. Atlet hasil didikan Subani selalu dilirik untuk direkrut menjadi atlet handal perkumpulan lain. PTM Surya Kediri, PTM Guna Dharma Jakarta, dan PTM Sinar Surya Jakarta adalah PTM yang selalu berkeinginan merekrut atlet potensial hasil binaan Subani. Subani dengan segala kiprahnya dalam dunia olahraga tenis meja sangat dikenal sampai di tingkat nasional.

Hijrahnya sejumlah atlet handal hasil binaan Subani ke daerah lain, sempat menjadikan Bupati Magetan (Drs. H. Soenarto ,Msi) gundah. Namun, Subani mampu meredakan kegundahannya dengan memberikan alasan yang tepat dan dapat diterima. Alasan yang dikemukakan Subani kepada orang nomor satu di Kabupaten ini tidak lain menyangkut kesejahteraan dan kebutuhan atlet  pada masa mendatang. Subani selalu memberikan keleluasaan kepada atlet binaannya untuk memilih PTM yang mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada mereka. Ia selalu memberikan ijin pindah kepada atletnya bila memilih atau terekrut di perkumpulan lain yang lebih menjanjikan untuk kesejahteraan hidup mereka kelak. Namun, Subani berjanji untuk tidak kendor menelurkan petenis meja yunior lainnya, walau dengan peralatan ala kadarnya.

Sejak kecil Subani ber cita-cita untuk menjadi guru olahraga. Ia lahir di Magetan pada tahun 1952  sebagai anak ke .... dari 13 bersaudara. Ayah Subani bernama Somodikromo dan Ibu Latinem, keduanya telah almarhum. Walau kedua orang tuanya tidak gemar berolahraga, tetapi selalu memberikan dorongan dan dukungan kepada Subani untuk aktif di olahraga. Keinginan untuk menjadi guru olahraga dilatarbelakangi dari sikap rendah dirinya terhadap saudara-saudaranya serta teman-temannya sekampung. Sikap minder ini timbul karena postur tubuh yang ia miliki. Ia merasa lebih pendek dibandingkan dengan saudara-saudara lainnya. Ia juga merasa tidak setampan  saudara-saudaranya. Sikap merasa serba “kurang” dibandingkan saudara-saudaranya itulah, yang mendorongnya bertekad membangun prestasi hidupnya melalui olahraga. Prestasi di bidang olahraga akan menumbuhkan kepercayaan diri untuk tampil lebih baik. Kelemahan-kelemahan lain yang dimilikinya, ia tutup dengan kemampuannya di bidang olahraga.

Kiprahnya di Olahraga

Olahraga bagi Subani merupakan napas dalam kehidupan sehari-harinya. Hampir semua olahraga yang ada ketika itu, ia geluti secara serius. Lompat tinggi, lompat jauh pada cabang atletik, senam lantai, bulutangkis, dan banyak cabang olahraga lain yang ia ikuti. Hampir seluruh cabang olahraga yang ia geluti, selalu mengantar ia ke setiap kejuaraan, baik antarkecamatan maupun Kab/Kota di Jawa Timur, dan selalu menang. Ketika itu olahraga belum digemari oleh banyak orang seperti sekarang.  Itu sebabnya  setiap kemenangan yang ia raih, menjadi kebanggaan orang-orang di kampungnya.

Mulai masuk sekolah pada tahun 1959, ketika ia berusia 7 tahun. Kelas 1 dan 2 ia lalui di Sekolah Rakyat Tambakrejo – Magetan. Kemudian pada saat ia kelas 3, 4, 5, dan 6 berada di SR Mangkujaya – Magetan. Jarak antara sekolah dengan rumahnya tidak terlalu jauh, kurang lebih 200 m, sehingga dapat ditempuh dengan jalan kaki. Subani tidak memiliki prestasi yang menonjol di sekolahnya. Mata pelajaran yang sangat disukainya adalah olahraga dan bahasa daerah. Ketika itu, guru olahraga tidak ada seperti sekarang. Aktivitas olahraga di sekolah diberikan oleh guru kelas, sehingga prestasi olahraga tidak terlalu menonjol seperti sekarang.

Ia menggemari olahraga lompat tinggi dan lompat jauh. Teman-teman satu sekolah tidak ada yang dapat melampaui kemampuannya. Seringkali Subani mewakili sekolahnya mengikuti beberapa kejuaraan, dan selalu menang. Kemenangan demi kemenangan selalu ia raih dengan rasa kebanggaan yang luar biasa. Rasa bangga ini selalu ia ceritakan kepada kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Rasa minder yang diakibatkan kekurangan-kekurangan fisiknya, sedikit demi sedikit pupus, tertutupi oleh kemampuan dan prestasinya di bidang olahraga.

Pada tahun 1962, Subani menamatkan Sekolah Rakyat. Pada tahun yang sama ia masuk ke jenjang berikutnya, yaitu SMP PGRI I Magetan. Kenangan yang mendalam bagi Subani adalah ketika berangkat dan pulang sekolah, selalu ia gandol atau mencari tumpangan gratis kepada teman-temannya yang memiliki sepeda. Jarak antara rumah dengan sekolahnya, cukup jauh, kurang lebih 5 km. Pada jenjang SMP ini, Subani juga sangat menyenangi mata pelajaran olahraga. Olahraga baginya merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Mata pelajaran yang disukainya  adalah Fisika. Ia sangat menyadari akan ketidak mampuannya dalam berpikir. Baginya fisika adalah momok yang menakutkan dan sangat tidak ia sukai.

Pada jenjang SMP ini, prestasi olahraganya mencapai masa kejayaannya, khususnya untuk cabang olahraga senam. Subani ketika SMP lebih menyukai senam lantai, karena bersifat atraktif dan sangat menantang. Dapat diperagakan dan ditontonkan kepada teman-teman maupun saudara-saudaranya. Mulai dari roll depan (gulung ke depan) sampai dengan gerakan yang lebih sulit, salto ke depan, Subani sangat menyukai dan menekuni. Kenangan pahit ketika SMP tidak pernah ia alami. Dunia olahraga baginya merupakan sesuatu yang menyenangkan.

Subani mengenal senam lantai dari guru olahraganya ketika di SMP, Pak Achmad namanya. Ia patuhi semua instruksi yang diberikan pak Achmad. Kegemarannya terhadap olahraga, menjadikan Subani tidak mengalami kesulitan melakukan tahapan-tahapan latihan penguasaan gerak. Sesulit apapun gerakan yang diberikan pak Achmad kepadanya, tidak menjadikan Subani putus asa. Dalam tempo yang tidak terlalu lama, gerakan baru yang diberikan kepadanya dapat ia kuasai dengan baik. Pak Achmad senang dengan bakat yang dimiliki Subani. Namun demikian, Pak Achmad menyadari akan keterbatasan ilmu yang dimilikinya. Keterbatasan ini tidak memungkinkan membina Subani ke jenjang yang lebih tinggi. Subani sangat berbakat dalam dunia olahraga dan sangat mudah mempelajari menguasai gerak sesulit apapun. Ketika itu senam lantai belum berkembang baik di seluruh Jawa Timur. Kejuaraan-kejuaraanpun tidak pernah dilaksanakan, baik untuk  tingkat Jawa Timur maupun Kabupaten/Kota. Peluang menerjunkan Subani mengikuti kejuaraan senam sangat kecil. Oleh sebab itu, pak Acmad hanya bisa menampilkan kebolehan Subani untuk atraksi-atraksi pada acara-acara tertentu. Atraksi yang ia tampilkan juga membuat penonton kagum, dan selalu memberikan sambutan yang sangat meriah kepada Subani. Subani menjadi terkenal di lingkungannya, Magetan. Kegiatan ini berlanjut sampai dengan Subani memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu di SGA (Sekolah Guru Atas) Katolik – Madiun.

Berbekal kemampuan di berbagai cabang olahraga, akhirnya pada tahun 1962 Subani mendapat kesempatan masuk ke SGA Katolik – Madiun. Tanpa harus memikirkan lagi biaya sekolah dan mendapatkan tempat tinggal di asrama, Subani mendapat ikatan dinas melalui sekolah tersebut. Kegemarannya berolahraga senam lantai tetap ia lakukan sampai menamatkan sekolahnya.

Begitu haus Subani untuk dapat menampilkan segala keterampilan yang dimilikinya, pada akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dan masuk dalam sebuah partai politik, yaitu PNI Madiun. Dalam mencari simpatik massa, partai politik ini sering melakukan berbagai kegiatan yang menarik perhatian. Salah satu kegiatan tersebut adalah berupa atraksi penampilan senam. Subani mempunyai keterampilan itu semua. Dengan senang dan bangga ia menampilkan kebolehannya di depan penonton yang begitu banyak. Rasa bangga itu muncul ketika penonton berdecak kagum dan bertepuk tangan melihat atraksi yang dilakukannya. Pengalaman seperti ini sangat mengesankan hati Subani sampai dengan sekarang.

Keinginannya yang besar untuk menjadi guru mengantarkan Subani melanjutkan sekolahnya ke Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) Madiun.  Awalnya ia bertempat di rumah orang lain yang tidak ia kenal, tetapi ia hanya mampu bertahan selama tiga bulan. Subani merasa tidak betah bertempat tinggal di rumah tersebut. Banyak hal yang membuat Subani tidak betah, terutama kewajiban yang harus ia lakukan dan perintah pemilik rumah untuk melakukan pekerjaan rumah. Mulai dari membersihkan halaman rumah, mengepel lantai, mengisi bak mandi, dan lain sebagainya. Pekerjaan tersebut bagi Subani sangat memberatkan dan sangat melelahkan. Sepulang sekolah, sebenarnya  kondisi badan tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan seberat itu. Ia merasa kurang istirahat. Selain itu,  kesempatan untuk melakukan aktivitas olahraga sangat tidak mungkin dilakukannya. Akhirnya ia memutuskan kembali ke kampung halamannya, bertempat tinggal  bersama kedua orang tuannya. Ia berani mengambil resiko untuk pulang pergi Magetan – Madiun. Berangkat sekolah ia lakukan dengan menumpang kendaraan teman sekampung. Terkadang ia harus gandol truk. Kondisi seperti ini ia lakukan sampai dengan tamat PGSLP.

Selain cabang olahraga senam lantai, Subani juga menekuni dan sangat mahir bermain bolavoli. Walau tinggi badannya tidak ideal, tapi ia sering ditunjuk  pelatihnya, pak Suyitno sebagai toucer. Pak Suyitno adalah guru berpengalaman di bidang bolavoli dan mengajarkan teknik bermain kepada Subani dengan baik. Subani mampu menguasai teknik bermain bolavoli dengan baik. Tidak cukup hanya sampai di situ saja. Subani juga mendorong teman-temannya untuk mendirikan sebuah klub bola voli dan diberi nama Klub bolavoli Tambakrejo – Magetan.

Pada tahun 1966, Subani tamat dari PGSLP Madiun. Kesenangan dalam permainan bola voli tetap ia lakukan bersama teman-temannya sampai dengan tahun 1970. Prestasi puncak yang pernah ia capai adalah sebagai juara I pada kejuaraan bola voli tingkat Kota Madiun. Pada tahun 1970, Subani sangat kagum akan prestasi yang diraih Sugeng Utomo, atlet nasional tenis meja. Prestasi Sugeng Utomo ketika itu adalah mampu menduduki 16 besar dunia. Begitu hebatnya prestasi yang mampu diciptakan Sugeng Utomo tingkat dunia. Subani sangat mengidolakan dan menginginkan untuk dapat melakukan permainan tenis meja ini. Akhirnya kegiatan berlatih bola voli ia hentikan, dan beralih ke permainan tenis meja.

Ketekunan dan tekadnya yang membaja yang dimiliki Subani, menjadikan dirinya pemain yang handal. Subani tidak pernah bergabung pada suatu perkumpulan tenis meja. Namun dengan kemahiran yang dimilikinya, akhirnya Subani dilatih pelatih cina, Ma Jin Bow namanya. Tahun 1991, ia mampu menjadi juara I nasional pada kejuaraan tenis meja KORPRI tingkat nasional. Tahun 1992, ia berhenti menjadi atlet. Kemampuan dan kekuatan fisiknya sudah tidak mendukung untuk harus berperan sebagai atlet. Selain itu kecepatannya dan kelincahannya sudah semakin menurun. Ia memutuskan untuk berhenti dan  beralih menjadi pelatih.

Mengimbangi Prestasi Dunia Merupakan
Angan-angannya

Subani memiliki cita-cita dan angan-angan yang  sangat luhur. Bukan dirinya yang ia kehendaki, tetapi berupaya mencetak anak-anak Indonesia untuk menyamai prestasi dunia. Berbekal teknik yang pernah ia terima dari pelatih asal Cina (Mr. Ma Jin Bow),  Subani memanfaatkan ruang depan rumahnya sebagai tempat berlatih anak-anak. Ruang tamunya berukuran 6 x 10 mdisulapnya jadi ruang latihan dengan menggelar dua buah meja tenis. Berbekal fasilitas seadanya, secara tekun Subani melatih anak-anak pagi dan sore hari. Keseriusan dalam melatih anak-anak membuahkan dan menelurkan atlet kaliber nasional dan internasional.

Subani mendirikan perkumpulan tenis meja di Magetan pada tahun 1985, dengan nama perkumpulan tenis meja “Ortmeta”. Bersamaan dengan berdirinya perkumpulan tenis meja “Surya” Kediri. Pada tahun 1999, Subani terpilih menjadi pengurus Pengda PTMSI Jawa Timur periode 1999 – 2001. Subani sangat terkesan pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XV – 2000 yang berlangsung di Jawa Timur). Cabang olahraga tenis meja ditetapkan untuk dilaksanakan di Kediri. Subani mendapat tugas selain harus mendampingi Bu Diana (Ketua Umum Pengda PTMSI Jawa Timur), tetapi ia juga memperoleh tugas yang amat berat untuk memenuhi tiga keinginan Bu Diana, sukses penonton, sukses medali, dan sukses panitia. Ketiga keinginan Bu Diana ia upayakan semaksimal mungkin. Hasilnya sungguh luar biasa. Tujuh medali emas berhasil disapu bersih oleh tim tenis meja Jawa Timur. Penonton sangat berjubel. Dan panitia berhasil melaksanakan kegiatan tanpa gangguan sedikitpun.

Kiat Membina Perkumpulan

Sejak pendirian PTM Ortmeta Magetan, pada tahun 1985 Subani membina dan melatih anak-anak tanpa mendapatkan dukungan dari pemerintah. Perkumpulan ini murni swadaya, yang dihimpun dari biaya pendaftaran dan iuran per bulan. Saat ini, masing-masing anak-anak binaannya diwajibkan membayar sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per bulan. Nilai tersebut sangat kecil bagi Subani, karena tidak sebanding dengan ketentuan besar biaya yang harus dikeluarkan oleh Subani setiap bulannya. Biaya yang harus dikeluarkan Subani selalu lebih besar dari penerimaan iuran per bulan. Kewajiban yang harus dipenuhi Subani adalah harus membayar 2 asisten pelatih, Bambang dan Yoni. Ia juga harus menambah beban biaya listrik, air, keamanan, dan kebersihan. Terkadang ia juga harus menambah kekurangan biaya dari koceknya sendiri. Begitu pula halnya ketika ia harus mempersiapkan anak-anak binaannya untuk mengikuti sebuah kejuaraan. Jadwal latihan lebih ditingkatkan,  sehingga mempengaruhi biaya operasionalnya. Dukungan orang tua sangat ia butuhkan, mulai dari pengadaan konsumsi latihan (makan dan minum), dan tambahan transportasi asisten pelatih. Bahkan keterlibatan orang tua sampai dengan penyiapan transportasi perjalanan dan penyediaan biaya penginapan selama berlangsungnya kejuaraan. Belum lagi setiap dua minggu sekali, Subani memprogramkan kegiatan latih tanding bagi anak-anak binaannya dengan perkumpulan tenis meja di kota-kota lain.

Subani tidak terlalu terlibat jauh dalam penyiapan dan pengadaan dana pendukung persiapan mengikuti kejuaraan maupun latih tanding. Ia lebih konsentrasi dan lebih memperhatikan perkembangan dan kesiapan penampilan anak-anak binaannya. Ia tidak ingin anak-anak berpenampilan buruk di kejuaraan yang akan diikuti. Keseriusan dalam memberikan porsi beban latihan ia sesuaikan dengan kemampuan anak-anak binaannya.

Keberhasilan anak binaanya dalam setiap kejuaraan, ia lakukan ketika anak baru mengikuti latihan. Secara global ia latihan dasar-dasar permainan tenis meja. Kalau sudah terlihat bakat, ia pisahkan dan diberikan latihan bayangan. Latihan bayangan ini penting sekali diberikan kepada anak binaannya, untuk menciptakan kepekaan dan refleksi terhadap gerak lawan. Bentuk latihan bayangan ini adalah mengharuskan anak untuk mampu membayangkan lawan tandingnya seolah-seolah berada di hadapannya, tanpa menggunakan peralatan dan permainan yang sebenarnya. Bentuk latihan visualisasi yang diberikan kepada anak-anak, akan meningkatkan kemampuan dan refleksinya ketika ia betul-betul menghadapi lawan yang sebenarnya.

Subani sangat menyadari tentang kunci-kunci, mencapai sebuah keberhasilan di setiap kejuaraan. Faktor yang sangat dominan adalah kemauan keras yang dimiliki anak-anak binaannya. Tanpa kemauan keras, mustahil kemenangan akan selalu diraihnya. Oleh sebab itu, Subani selalu memberikan motivasi dan pengertian-pengertian akan pentingnya tekad serta kemauan kuat yang harus dimiliki setiap anak-anak binaannya. Jadwal latihan yang diberikan anak-anak sangat padat, pagi sekitar pukul 05.00 wib latihan dimulai. Terkadang sampai malam hari sekitar pukul 21.00 wib. Anak-anakpun dengan semangat mengikuti segala program latihan yang diberikan Subani. Ada beberapa orang tua, yang menginnginkan anaknya berprestasi dengan menambah jam latihan di luar jadwal yang telah ditentukan (privat). Penambahan ini secara otomatis berdampak kepada penambahan biaya di luar biaya yang sudah ditentukan. Mereka tidak segan-segan memberikan tambahan biaya sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per bulannya.

Sesuatu yang luar biasa sebagai pembina olahraga, tercermin pada perilaku Subani. Bila ia menemukan anak yang berbakat baik dan potensial, namun kondisi perekonomian orang tuanya sangat tidak mendukung untuk memenuhi biaya perbulan,  maka dengan sukarela Subani membebaskan anak tersebut dari segala biaya latihan. Anak tersebut tetap mendapatkan porsi latihan yang sama dengan anak binaan lainnya. Di sela-sela kesibukan Subani mengembangkan pembinaan tenis meja, secara tidak sengaja mengenal seorang gadis manis yang pada akhirnya menjadi istrinya. Pada mulanya  Subani bertekad untuk tidak menikah. Selain usia yang sudah tidak muda lagi, juga akan membahayakan kesehatannya dan tidak akan mungkin mendapatkan keturunan. Oleh sebab itu, Subani tidak berkeinginan menjalin hubungan dengan seorang gadis sampai ke jenjang pelaminan. Tekadnya ini ternyata luntur, ketika seorang gadis melamar pekerjaan sebagai tenaga honorer Tata Usaha di sekolahnya. Ketika gadis ini melamar di sekolahnya, Subani kebetulan sedang bertugas mengikuti pembinaan Kepala Sekolah di luar kota. Sepulang dari tugas, ia sempat terkejut ketika ada pegawai baru. Pegawai baru ini kebetulan bertugas melayani segala kebutuhan pekerjaan di kantornya.

Sikap Subani terhadap wanita ini yang semula keras, sedikit demi sedikit melunak. Perilaku gadis ini sangat sopan di depannya. Kehadiran gadis ini mengurangi beban tugasnya sebagai kepala sekolah . Gadis yang mempunyai nama Mursayidah ini sangat cekatan dan dapat memahami jiwa Subani yang yang keras, bahkan dengan sabar dapat membantu segala keperluan kantor. Karena memiliki jiwa sabar dan telaten, Subani memindahkan Mursayidah ke perpustakaan. Dengan harapan, perpustakaan di sekolahnya akan semakin tersusun rapih.

Selang beberapa bulan kemudian, hati Subani tertarik dan luluh oleh kebugaran Mursayidah. Cinta mulai bersemi di hati Subani, membuat hidupnya terasa indah dan semakin bergairah. Perlahan tapi pasti, Subani mulai mendekatkan diri kepada gadis lugu ini. Diajak bicara mau, diajak makan bersama mau, dipegang tangannyapun mau. Yang semula ada keraguan untuk dapat mempersunting Mursayidah, ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Cintanya diterima dengan gembira, bahkan kedua orang tua Mursayidah sempat mendatangi rumahnya menyampaikan maksud persetujuan anaknya untuk dilamar.

Walau mendapat tantangan dari Budenya, Subani tetap bertekad mempersunting Mursayidah. Ia menyadari ketidak setujuan Budenya untuk mempersunting Mursayidah. Selain usia gadis tersebut masih 21 tahun, terpaut 40 tahun dengan usianya. Juga dikhawatirkan Subani hanya dimanfaatkan oleh gadis tersebut untuk meraup segala kekayaan yang dimilikinya. Subani mampu menjelaskan kepada Budenya akan perilaku Mursayidah yang sangat sopan dan baik hati, dan rasa cintanya terhadap gadis tersebut. Melihat kondisi Subani yang tidak mungkin lagi dapat dinasehati, karena cinta yang begitu mendalam terhadap Mursayidah, beberapa bulan kemudian Budenya menyetujui keinginan Subani untuk menikahi gadis tersebut. Pucuk dicinta ulam tiba, Subani akhirnya berhasil mempersunting gadis tersebut dengan bahagia. Pernikahanpun dilaksanakan secara meriah, dan dihadiri seluruh kerabat.

Istri tercinta sampai saat ini masih tetap melanjutkan kuliah di IKIP PGRI Madiun jurusan Biologi. Subani, dengan setia mengantar istrinya berangkat kuliah dan menjemput di terminal Madiun. Hal ini ia penuhi karena permintaan istrinya untuk antar jemput. Dengan rasa ikhlas dan sayang kepada istrinya, ia lakukan sampai dengan sekarang.

Dua puluh hari sebelum pelaksanaan pernikahan, Subani telah menerima surat keputusan pensiun dari pegawai negeri sipil, tanggal 1 Nopember 2005. Namun demikian, Bupati Magetan tetap memberikan kepercayaan kepadanya untuk tetap menjabat sebagai kepala sekolah. Karena masih dipercaya, maka Subani tetap bekerja sebagaimana biasanya. Walaupu sebenarnya dalam hatinya ingin pensiun sebagai seorang guru, untuk dapat lebih memperhatikan dan mengembangkan PPLPD cabang olahraga tenis meja yang ia emban. Keinginan di lubuk hati yang paling dalam adalah mampu menelurkan dan mencetak prestasi atlet binaannya sampai ke tingkat internasional.

Kunci sukses bagi Subani dalam hidupnya adalah selalu memperhatikan sekecil apapun kepada orang lain. Perhatian itu bisa berupa apa saja, yang membuat orang menjadi lebih senang dan ringan dalam bekerja. Keiklasan yang diberikan Subani kepada orang-orang sekitarnya yang selama ini ia bantu, menumbuhkan kecintaan dan rasa suka kepadanya.

Ia memiliki cita-cita luhur untuk lebih mengembangkan PPLPD yang ia emban untuk kepentingan bangsa dan negaranya tercinta, Indonesia. Ia sangat berharap ada uluran tangan dari pemerintah berupa dukungan dana untuk membangun arena berlatih tertutup di  Lahan kosong miliknya yang berada di samping rumahnya. Ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Magetan, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur atas perhatiaanya dan dukungan serta kepercayaan untuk mengemban tugas mengelola PPLPD cabang olahraga di Magetan. Mohon do’a restu dari seluruh masyarakat Magetan, khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya.

1 komentar:

  1. Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack - Mapyro
    Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack features over 30000 경산 출장마사지 slots and 평택 출장마사지 4,300 table games, 영주 출장마사지 a luxurious spa and 인천광역 출장안마 2,500 광주 출장샵 gaming machines,  Rating: 2.5 · ‎1,005 reviews

    BalasHapus